Tampilkan postingan dengan label kapal induk. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kapal induk. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 09 April 2011

Spesifikasi USS George Washington


Kapal USS George Washington adalah kapal induk nuklir yang berada di bawah naungan Navy Amerika Serikat. Kapal ini diberi nama sesuai dengan presiden pertama Amerika Serikat, George Washington. Kapal ini telah menjelajahi samudera luas dalam berbagai misi di seluruh dunia sebagai bagian dari pembelaan dan pertahanan diri Amerika dalam perang melawan terorisme global. 

Kapal ini menampung 5.680 personil yang mengoperasikan berbagai sistem dan subsistem yang terdapat di dalamnya. Hal ini temasuk teknisi, pakar pesawat tempur, pakar helikopter dan pakar transportasi. berdasarkan jenisnya, kekuatan kapal ini berasal dari dua westinghouse brand A4W reaktor nuklir dengan kekuatan 4xsteam turbin sampai 4xshafts dengan produksi hingga 260.000 shaft tenaga kuda. Kecepatan tertingginya mencapai 30 knot.


USS G. Washington 1
USS_George_Washington 3

Sistem pertahanan dan alat perang dari kapal ini mendapatkan pujian dari banyak kalangan. Didukung oleh berbagai macam senjata antara lain 2 x Sea Sparrow surface-to-air missile launchers, 2 x RIM-166 RAM (Rolling Airframe Missiles) launchers and 3 x 20mm Phalanx Close-In Weapon Systems (CIWS). Electronic warfare is handled by way of an SLQ-25A(V)4 Countermeasures system and torpedo countermeasures as needed. Radar juga termasuk bagian dari sistem seperti AN/SPS-48E 3-D air search, AN/SPQ-9B target acquisition and twin AN/SPN-46 air traffic control radars.

USS George Washington yang pertama kali dibuat pada tahun 1982 dan laid down pada tahun 1986. Kapal tersebut mulai diluncurkan pada tahun 1990 dan secara resmi pada tahun 1992. Menariknya pangkalannya terletak di Yokosuka Naval Base di Yokosuka, Jepang dan lebih dikenal dengan nama panggilan dari “GW”. Saat ini masih aktif di satuan Navy Amerika Serikat

USS_George_Washington 2

Berikut ini adalah spesifikasi dari USS George Washington:

Dimensi:
Length: 1092ft (332.84m)
Beam: 252ft (76.81m)
Draught: 41ft (12.50m)

Struktur:
Complement: 5,680
Suface Displacement: 97,000tons


Kekuatan:
Engine(s): 2 x Westinghouse A4W nuclear reactors and 4 x steam turbines powering 4 x propeller shafts and generating 260,000shp.

Kemampuan:
Surface Speed: 30kts (35mph)
Range: Essentially Unlimited

Persenjataan:
2 x Sea Sparrow Mk 57 Mod 3 surface-to-air missile launchers
2 x RIM-166 RAM (Rolling Airframe Missile) launchers
3 x 20mm Phalanx CIWS

Pesawat yang ada:
Dapat menampung 90 pesawat berbagai jenis termasuk helikopter.

Senin, 21 Maret 2011

Angkatan Laut Thailand LPD Diluncurkan

RTN's LPD dengan nomor lambung 791 (semua foto: TAF)

Panglima Angkatan Laut Kerajaan Thailand Laksamana Khamthorn Pumhiran pada 20 Maret 2011 memimpin upacara peluncuran kapal Angkatan Laut LPD's Thailand di galangan kapal Marine ST, Singapura.

Kapal jenis Landing Platform Dock dibangun di ST Marine Singapura dan akan diselesaikan secara keseluruhan pada akhir 2012.

Kapal dengan perpindahan standar 7.600 ton (setara dengan HMTS Chakri Naruebet) memiliki panjang 141 m, dan bisa membawa 151 marinir bersenjata lengkap dan dua helikopter. 

Misi kapal ini adalah untuk melaksanakan operasi amfibi, juga untuk fungsi transportasi dan logistik.

Menhan : Pengadaan Kapal Selam Perlu Pertimbangan Matang

 SURABAYA - Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menyatakan bahwa pengadaan kapal selam untuk memperkuat armada TNI Angkatan Laut tidak perlu dilakukan dengan terburu-buru.

"Mengadakan dan membangun kapal selam tidak perlu `grusa-grusu` (terburu-buru). Perlu pertimbangan yang matang," kata Menhan usai meresmikan KRI Banda Aceh-593 di Divisi General Engineering PT Pal Indonesia, Surabaya, Senin (21/3).

Pernyataan tersebut menjawab pertanyaan wartawan mengenai kepastian pemerintah melakukan pengadaan kapal selam guna memperkuat armada TNI-AL.

Menhan menjelaskan bahwa pengadaan kapal selam harus disesuaikan dengan kondisi geografis, terutama perairan laut di Indonesia dengan mempertimbangkan dua basis kekuatan TNI-AL di wilayah barat dan wilayah timur.

"Perairan di wilayah barat termasuk laut dangkal, sedangkan di wilayah timur tergolong laut dalam. Ini yang menjadi pertimbangan kami," katanya di atas geladak helikopter KRI Banda Aceh.

Ia optimistis PT Pal mampu membangun kapal selam. "Saat ini kita sudah menyaksikan semua bahwa Pal mampu membangun kapal jenis LPD. Oleh karena itu, kami yakin Pal mampu membangun kapal selam, meskipun secara bertahap, baik melalui `joint production` maupun `joint operation," katanya.


Model kapal Patroli Kawal Rudal (PKR) yang akan dibuat PAL & Damen

Pemerintah telah menetapkan bahwa pada 2014, kekuatan pokok sistem pertahanan nasional harus terpenuhi. "Sekarang ini memang belum. Tapi, kami sedang menuju ke sana," katanya.

Saat ini Pal sedang menjalani proses menuju pembangunan kapal jenis Perusak Kawal Rudal (PKR) bekerja sama dengan galangan kapal asal Belanda, "Damen Schelde Naval Shipbuilding". "Kerja sama ini lebih menguntungkan bangsa Indonesia karena nantinya proses pembangunannya di sini," kata Dirut PT Pal Indonesia, Harsusanto, dalam acara tersebut.

Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono menambahkan bahwa pembangunan PKR lebih rumit karena kapal tersebut tidak saja mampu melakukan pertempuran di permukaan, tetapi juga harus mampu melakukan pertempuran anti kapal selam. "Oleh karena itu kami mendukung upaya PT Pal agar PKR bisa dibangun di sini," kata mantan Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) itu.

Serah Terima Kapal LPD KRI Banda Aceh-593

 SURABAYA - Menhankam Purnomo Yusgiantoro (tengah) didampingi Menteri BUMN Mustafa Abubakar (kanan) dan Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono (kiri) berada diatas deck KRI Banda Aceh-593 saat serah terima di PT PAL Surabaya, Jatim, Senin (21/3). KRI Banda Aceh merupakan kapal keempat jenis Landing Platform Deck (LPD) yang mempunyai LPD 125 meter dengan daya angkut 344 personel, tiga unit helikopter jenis Mi-2/Bel 412 di deck dan dua dihangar, dua unit LCVP, tiga unit howitzer dan 21 tank merupakan produksi PT PAL Indonesia untuk memperkuat armada laut TNI AL. FOTO ANTARA/M Risyal Hidayat/Koz/Spt/11

Minggu, 13 Februari 2011

Canberra Class LHD Siap Diluncurkan


HMAS Canberra (LHD-01) siap untuk diluncurkan pada akhir februari atau awal maret 2011 (all photos : Navantia/RAN)

Dua LHD pesanan Australia untuk konstruksi lambung (hull) dikerjakan oleh Navantia, di Ferrol, Spanyol, sedangkan konstruksi atas (superstucture) akan dikerjakan oleh BAE Systems Australia (dahulu Tenix Defence) di Williamstown, Victoria, Australia. Kapal tersebut diberi nama HMAS Canberra LHD-01 dan HMAS Adelaide LHD-02.


Pada mulanya HMAS Canberra LHD-01 akan diluncurkan pada Maret 2011 namun besar kemungkinan peluncuran kapal ini akan dimajukan pada tanggal 27 Februari 2011. Untuk selanjutnya pengerjaan kapal dari dok kering akan dialihkan ke dok basah. Lambung Canberra diharapkan tiba di Williamstown pada 2012, sedang lambung Adelaide pada 2014.


Canberra dan Adelaide merupakan nama ke-3 bagi kapal Angkatan Laut Australia, Canberra-01 dan Adelaide-01 merupakan kapal perusak/penjelajah D-33 dengan berat 10.000 ton, sedangkan Canberra-02 dan Adelaide-02 merupakan fregat FFG-02 dan FFG-01 dengan berat 4.100 ton.

Canberra class LHD merupakan kapal serbu amfibi dengan bobot 27.000 ton akan merupakan kapal perang terbesar yang pernah dioperasikan oleh Angkatan Laut Australia. Sebelumnya Angkatan Laut Australia pernah mengoperasikan kapal induk HMAS Melbourne dengan bobot 20.000 ton. Kedua kapal ini akan menggantikan Kanimbla class yaitu HMAS Kanimbla dan HMAS Manoora.

Dengan kapal ini Angkatan Laut Australia akan dapat melakukan proyeksi kekuatan untuk serangan amfibi, dukungan udara, transportasi dan pusat komando. Dek kapal mampu untuk mendaratkan 6 helikopter dan secara teoritis dengan ski jump 13 derajat yang dimilikinya maka kapal ini dapat mengoperasikan pesawat V/STOL milik negara sekutu Australia.
Secara umum kapal ini dapat membawa 1.000 pasukan, dapat membawa 16-24 helikopter, 4 LCM (landing craft medium), dan 150 kendaraan termasuk MBT M-1 Abrams. kapal dapat melaju dengan kecepatan 20,5 knot dan menempuh jarak 15.000 km dengan kecepatan 15 knot atau 17.130 km dengan kecepatan 12 knot.

Jumat, 28 Januari 2011

LHD Mistral, Kapal Serang Amfibi Terbaru Rusia Dari Perancis (IV)



Konstruksi

Konsep Desain kapal perang amfibi BIP-19 (Mistral Class) pertama kali diumumkan ke publik pada event Euronaval 1998, begitu pula dengan pemenang kontrak pembuatan oleh galangan kapal Direction des Constructions Navales (DCN, sebelum menjadi DCNS) di kota Brest dan galangan Chantiers de l' Atlantique di kota Saint-Nazaire.

Rencananya beberapa parts Mistral di sub ke perusahaan-perusahaan lokal seperti Stocznia Remontowa de Gdańsk dan Thales. Thales diber tanggung jawab pada sistem komunikasi dan radar Mistral. Untuk instalasi mesin dilakukan di kota Lorient dan managemen sistem pertempuran (CMS) di kerjakan di Toulon.

Namun hingga Desember 2000 konstruksi dua kapal pertama, Mistral (L9013) dan Tonnerre (L9014) belum dikerjakan DCN karena kontrak belum diterima dari pemerintah Perancis. Kontrak baru di terima DCNS pada 22 Desember 2000, itupun setelah mendapat persetujuan otoritas pembelian pemerintah (Union des achats d'groupements public, UGAP). Konstruksi efektif berjalan pada akhir Juli 2001.

Galangan Chantiers de l'Atlantique ditugasi membuat modul depan kapal, dan perusahaan ini bertanggung jawab membawa modul tersebut setelah jadi ke galangan kapal DCN di Brest untuk perakitan akhir.

Pengerjaan satu unit kapal kelas Mistral memakan waktu hingga 34 bulan, dengan memakan biaya sekitar 685 juta Euro. Perkiraaan biaya yang sama dengan biaya pembuatan satu kapal HMS Ocean atau satu kapal USS San Antonio.




Proses pengerjaan dan assembling modul kapal Mistral Class

DCN memulai peletakan lunas bagian belakang di kedua kapal pada tahun 2002, Mistral pada 9 Juli dan Tonnerre pada 13 Desember. Sedangkan Chantiers de l'Atlantique melakukan peletakan lunas bagian depan kapal Mistral pada 28 Januari 2003 dan Tonnerre pada Februari 2003. Blok pertama buritan Tonnerre ditempatkan di drydock pada 26 Agustus 2003 dan Mistral pada 23 Oktober 2003. Keduanya dikumpulkan berdampingan di drydock yang sama.

Bagian haluan Mistral ditarik meninggalkan kota Saint-Nazaire pada 16 Juli 2004 dan tiba di DCN pada 19 Juli 2004. Kemudian pada 30 Juli 2004 kedua bagian Mistral digabung melalui proses kombinasi jumbostation di dermaga 9 DCN, sedangkan Tonnerre melakukan proses yang sama pada 2 Mei 2005.

Mistral diluncurkan sesuai jadwal pada 6 Oktober 2004, sedangkan Tonnerre diluncurkan pada 26 Juli 2005. Namun penyerahan kedua kapal tertunda satu tahun karena permasalahan sensor sistem SENIT 9 dan kesalahan rancangan di lantai linoleum pada bagian depan kapal. Akhirnya kapal resmi beroperasi di AL Perancis pada 15 Desember 2006 (Mistral) dan 1 Agustus 2007 (Tonnerre).

Dek dan Hanggar

Berdasarkan bobot tonase kapal, Mistral dan Tonnerre termasuk kapal perang terbesar dalam jajaran armada AL Perancis setelah kapal induk nuklir Charles de Gaulle. Namun keduanya (Mistral dan Charles de Gaulle) mempunyai ketinggian batas air yang sama.

Dek landasan helikopter mempunyai luas sekitar 6.400 meter persegi dengan enam titik pendaratan, dimana salah satunya mampu menopang berat helikopter berbobot 33 ton. Di bawahnya terdapat dek hanggar helikopter seluas 1.800 meter persegi, di hanggar ini perawatan heli dilakukan. Untuk mempermudah perawatan hanggar ini telah dilengkapi dengan overhead crane.

Landasan dan hanggar helikopter dihubungkan oleh dua unit lift yang mampu mengangkat bobot seberat 13 ton. Lift utama terletak di bagian belakang kapal dengan luas 225 meter persegi, lift ini cukup luas menampung helikopter tanpa harus melipat rotor heli. Pada lift kedua punya luas 120 meter persegi yang dilengkapi dengan alat bantu derek (crane) yang diletakkan di belakang superstruktur.

Semua helikopter militer yang dioperasikan Perancis dituntut harus mampu lepas landas dari atas kapal Mistral, saat ini Perancis mengoperasikan beberapa jenis heli diantaranya : Westland Lynx, Cougar, NH90, Puma, Écureuil, Panther dan heli serang Tigre. Russia pun menuntut hal yang sama ke DCNS, dimana heli-heli militer harus bisa lepas landas dari dek Mistral yang akan dibelinya.




Dek landasan heli di Mistral mempunyai luas 6400 meter persegi. Tampak heli angkut berat AS mendarat diatas geladak Mistral

Pada 10 Mei 2007, sebuah heli angkut berat CH-53 Sea Stallion dari US Navy juga pernah melakukan pendaratan dikapal Mistral. Menurut komandan pertama FS Mistral, Capitaine de vaisseau Gilles Humeau, kapasitas landasan dan hanggar deck memungkinkan kapal menampung operasional heli hingga 30 unit helikopter.

Kapal Mistral juga mampu menampung hingga 450 tentara, untuk kondisi tertentu kemampuannya bisa ditingkatkan hingga dua kali lipatnya. Hanggar kendaraan tempur mempunyai luas sekitar 2.650 meter persegi, dengan kemampuan angkut sekitar 40 batalion tank atau 13 kompi tank jenis Leclerc dan 46 kendaraan tempur lainnya.

Sebagai perbandingan, kapal kelas Foudre dapat membawa hingga 100 kendaraan tempur, termasuk 22 tank AMX- 30, padahal kapal ini hanya mempunyai luas hanggar kurang dari 1.000 meter persegi.

Untuk hanggar debarkasi basah mempunyai luas 885 meter persegi, yang mampu menampung empat kapal pendarat atau dua kapal pendarat jenis hovercraft LCAC ukuran sedang. Meskipun Perancis belum tertarik membeli LCAC, namun AL Perancis mulai mempertimbangkan pembeliannya karena kemampuannya mendaratkan platform di hampir 70% garis pantai yang ada di dunia.

Kapal pendarat konvensional mempunyai keterbatasan pada pendaratan di lokasi berpasir dan berrawa-rawa. Saat ini litbang AL Perancis (DGA) tengah mengembangkan dan memodernisasi armada kapal pendaratnya dengan yang berukuran 59 ton.