Jumat, 29 April 2011

KRI Oswald Siahaan-354 Reload Rudal Yakhont

SURABAYA - Kapal Perang KRI Oswald Siahaan-354 (KRI-OWA) melakukan loading dan unloading rudal Yakhont di Dermaga PT.PAL Indonesia Jum’at (29/4). Pengisian Rudal kedalam peluncurnya ini melibatkan personel KRI-OWA dan Dinas Materiil Senjata Dan Elektronika (Dissenlekal) Mabesal serta teknisi serta peralatan pendukung dari PT.PAL. FOTO: DISPENARMATIM 
 


 


 


Pindad Serahkan Prototipe SLT Latih Kal 64 mm


Perkembangan Alutsista militer di dunia semakin maju, berbagai produk Alutsista dibuat semakin modern sehingga efektif untuk memenangkan pertempuran. PT. Pindad (Persero) merupakan salah satu industri dalam negeri milik Pemerintah Republik Indonesia yang memproduksi bermacam senjata termasuk kendaraan tempur Panser.Keberadaan PT. Pindad (Persero) sangat potensial berkembang sepadan dengan industri negara maju apabila dapat menyerap teknologi negara maju. Litbang Pussenif sebagai Staf Danpussenif Kodiklat TNI AD mempunyai andil dalam pengembangan kualitas produk PT. Pindad agar sejajar dengan produk negara maju. Kunjungan Danpusenif Kodiklat TNI AD ke PT. Pindad (Persero). Pada hari Kamis, 7 April 2011 Danpussenif Kodiklat TNI AD dan Wadan Pussenif serta Sekretaris Pussenif, Danpusdikif, para Direktur Pussenif dan para Pamen Ahli Pussenif melakukan kunjungan kerja ke PT. Pindad (Persero) Bandung.

Sambutan Danpussenif Kodiklat TNI AD. Danpussenif Kodiklat TNI AD Mayor Jenderal TNI Siswondo, S. IP dan rombongan disambut Dirsista PT. Pindad (Persero) Bapak Ir. M. Irianto. Pada kesempatan tersebut Mayor Jenderal TNI Siswondo, S. IP dalam sambutanya mengatakan :Pussenif dan PT. Pindad mempunyai peran dalam mengembangkan kemajuan bersama. PT Pindad sebagai produsen Alutsista perlu mendapat dukungan dalam peningkatan kualitas sedangkan Pussenif adalah Induk Satuan Infanteri TNI AD. Saat ini Satuan Infanteri sebagian senjatanya diproduksi PT. Pindad (Persero).

Pemenuhan kebutuhan senjata Satuan Infanteri diharapkan mampu mewujudkan satuan yang tangguh dan modern guna mendukung pelaksanaan tugas. Sesuai amanat Presiden RI pada upacara Hari Jadi TNI ke 65 tahun 2010 disebutkan bahwa pemenuhan kebutuhan TNI diprioritaskan enggunakan produksi dalam negeri. Menyikapi amanat tersebut PT. Pindad (Persero) sebagai industri dalam negeri yang memproduksi materiil/senjata TNI AD khususnya Satuan Infanteri maka dihadapkan pada perkembangan teknologi senjata militer keberadaan PT. Pindad (Persero) adalah mitra kerja Pussenif. Kegiatan antara Pussenif dan PT. Pindad yang telah terjalin diantaranya static show senjata Infanteri produk Pindad pada event Rabiniscabif, Lomba Tembak Piala Kasad serta Apel Dansat. Kegiatan lainnya yaitu uji coba panser dan yang baru saja dilaksanakan adalah pengujian operasional senjata senapan serbu (SS2). Berkaitan hal teknis dan taktis penggunaan senjata Infanteri di lapangan atau di medan tugas, maka komunikasi antara PT. Pindad dengan Pussenif perlu dipererat guna optimalisasi kualitas produk.

Penyerahan model rancang bangun SLT Latih Kaliber 64 mm. Pada acara kunjungan kerja dilaksanakan penyerahan model senjata rancang bangun SLT latih kaliber 64 mm sebagai hasil kerjasama program Litbanghan TA. 2010 antara Litbang Pussenif dengan PT. Pindad. Pada TA. 2011 program kegiatan rancang bangun type senjata lawan tank latih merupakan kelanjutan dari rancang bangun model SLT latih.Program ini dalam rangka mendukung pembuatan sarana latihan menembak prajurit di satuan. Program rancang bangun type senjata lawan tank bermanfaat bagi prajurit karena tidak memerlukan latihan khusus dan dapat digunakan di sekitar pangkalan. 

Kapal Patroli Baru untuk Angkatan Laut Vietnam Diluncurkan


Ketiga Svetlyak kelas untuk Vietnam Angkatan Laut (photo: Arms Expo) 



St Petersburg Almaz perusahaan pembuatan kapal diluncurkan pada proyek kapal patroli 10412 ketiga, di bawah konstruksi untuk Viet Nam Angkatan Laut, menurut siaran pers perusahaan. Saat ini, kapal berlabuh di dermaga dinding pabrik, yang akan selesai. Ketika patroli baru akan dikirimkan kepada pelanggan, tidak dirinci.

Vietnam Angkatan Laut harus mendapatkan total empat kapal patroli) "proyek (10.412 ekspor versi proyek 10.410" Svetlyak. Dua kapal tersebut telah mengaku Angkatan Laut Vietnam. Konstruksi ofthe kedua terakhir berada di bawah kontrak yang ditandatangani pada bulan Juli 2009. Sebelumnya melaporkan bahwa kesepakatan ini diperkirakan sebesar $ 60 juta.

Proyek 10.412 kapal memiliki perpindahan 375 ton dan mampu kecepatan hingga 30 knot. Rentang patroli adalah 2,2 ribu mil. Perahu bersenjata dengan 30-mm AK-instalasi artileri 306, 7,56-mm-176M senapan AK mount, 16 peluncur roket Igla-1M dan dua senapan mesin 14,5 mm. 

2 Panser Anoa Dikirim ke Brunei untuk Uji Coba


Panser Anoa 6x6 buatan PT Pindad (photo : MILITER) 



Panser Anoa buatan Pindad ditaksir banyak negara

JAKARTA. Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengklaim industri pertahanan dalam negeri lebih kompetitif dibandingkan dengan luar negeri. Salah satu contohnya adalah panser Anoa buatan PT Pindad.Purnomo mengatakan, banyak negara yang berminat membeli panser tersebut. Dia menyebutkan seperti Malaysia, Brunei dan Timor Leste.

Menurutnya, jika sebelumya harganya per unitnya berkisar Rp 100 miliar maka sekarang lebih murah yakni berkisar Rp 80 miliar. "Kami dulu membuat dengan mesin Renault, kini sedang bicara dengan beberapa pabrikan seperti Mercy nantinya bisa lebih murah," paparnya akhir pekan lalu.

Purnomo menyebutkan, Pindad telah mengirimkan dua Anoa untuk diuji coba di Brunei. "Mereka sedang coba dulu. Make sure dulu bahwa produk itu sesuai dengan mereka," katanya.

Selain Anoa, juga telah dikirimkan senjata serbu SS2. Purnomo menambahkan selain kedua produk itu tengah menawarkan pesawat CN 235 pabrikan PT Dirgantara Indonesia (PT DI). "Juli mendatang kami akan memanfaatkan ajang Brunei Industrial Defend Expo di Brunei untuk memamerkan produk alutsista," jelasnya.

Rudal Rusia, Rudal China, dan Pertahanan Perbatasan


Peluru kendali (rudal) Yakhont meluncur ke udara setelah ditembakkan dari Kapal Republik Indonesia Oswald Siahaan-354 (jenis kapal perusak kawal kelas Fregat Van Speijk) di perairan Samudra Hindia, Rabu (20/4). photo : Kompas-Hendra A Setyawan) 



Selangkah demi selangkah upaya membangun pertahanan Republik Indonesia dibangun sejak krisis Timor Timur tahun 2000. Embargo senjata dari Amerika Serikat membuat Indonesia beralih kepada dua negara yang sempat menjadi sahabat erat pada era Soekarno, yakni Rusia dan China.

Salah satu jenis persenjataan dari Rusia dan China yang memperkuat pertahanan Indonesia adalah peluru kendali. Peluru kendali paling canggih yang dimiliki adalah jenis Yakhont buatan Rusia dengan jarak jelajah (cruising range) 300 kilometer. ”Ini merupakan rudal dengan jangkauan terjauh yang saat ini kita miliki,” ujar Komandan Gugus Tempur Laut Armada RI Kawasan Timur Laksamana Pertama Soleman Banjar Nahor, dalam latihan penembakan rudal Yakhont di perairan Samudra Hindia, Rabu (20/4) pekan lalu.

Keberadaan Yakhont memang strategis bagi pertahanan Indonesia. Jangkauan 300 kilometer yang dimiliki Yakhont seandainya ditempatkan di pesisir timur dan utara Sumatera dapat menjangkau Semenanjung Malaya, Thailand Selatan, serta Kepulauan Nicobar dan Andaman. Seandainya digelar di Kepulauan Natuna-Anambas, rudal tersebut dapat mencapai sasaran di sekitar Kepulauan Spratly dan Paracel, yang menurut pengamat Barat dapat menjadi potensi konflik pada masa depan karena pertentangan China-Amerika Serikat (AS) yang tentu saja akan berdampak pada ASEAN. 
 
Peluncuran rudal Yakhont dari fregat KRI Oswald Siahaan (photo : Vivanews) 

Seandainya digelar di wilayah timur Indonesia, di kawasan Sulawesi Utara, Maluku Utara, atau Papua, rudal Yakhont dapat menjangkau sasaran di Filipina selatan hingga Guam, yang menjadi salah satu basis militer terdepan AS. Adapun di wilayah selatan, di sekitar Kupang dan perairan Timor, rudal tersebut dapat menjangkau sasaran di Darwin dan sebagian kawasan Northern Territory Australia.

Soleman menambahkan, saat ini platform penembakan rudal Yakhont baru dimiliki kapal Armada RI Kawasan Timur yang relatif lebih besar dibandingkan dengan kapal milik Armada RI Kawasan Barat. ”Ke depan Armabar juga akan mampu mengoperasikan Yakhont,” tutur dia.

Seorang perwira muda di Komando Lintas Laut Militer mengatakan, Yakhont dapat ditembakkan dari beragam platform, seperti silo-penyimpanan rudal-di darat, kendaraan tempur, hingga pesawat tempur pengebom seperti Sukhoi. Penembakan melalui pesawat tempur pengebom tentu menambah jauh jangkauan serangan rudal Yakhont!

Rudal dengan hulu ledak (warhead) 300 kilogram bahan peledak itu memiliki dimensi panjang 8,9 meter, diameter 72 sentimeter, dan memiliki kecepatan maksimum hingga 2,5 mach (kecepatan suara). Dalam uji tembak di Samudra Hindia di selatan Selat Sunda, rudal Yakhont menjangkau sasaran di lautan sebelah selatan Pulau Enggano yang berjarak 250 kilometer dalam enam menit saja. 
 
Lintasan rudal Yakhont buatan Rusia (photo : ARC) 

Kepala Pusat Penerangan Umum Mabes TNI Laksamana Muda Iskandar Sitompul mengatakan, keberadaan rudal Yakhont dalam persenjataan TNI lebih ditujukan sebagai detterent (penangkal) terhadap upaya agresi ataupun tindakan tidak bersahabat dari negara tetangga. ”Tentu saja kita mengutamakan perdamaian ASEAN. Apalagi Indonesia adalah negara yang menjadi teladan di ASEAN,” ungkapnya lagi. 

Rudal China

Selain persenjataan Rusia, rudal buatan China juga memperkuat persenjataan TNI. Soleman menceritakan adanya rudal buatan China tipe C-802A dan C-705. Rudal itu merupakan jenis ”Exocet” buatan China.

”Sejumlah kapal perang kita diperlengkapi rudal itu. Sejenis dengan rudal-rudal yang memperkuat kapal perang Kerajaan Thailand yang juga dibuat China,” kata Soleman.

Beberapa tahun lalu, Kompas sempat mengunjungi HTMS Taksin yang sempat singgah di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Kapal latih Angkatan Laut Kerajaan Thailand tersebut dibuat galangan kapal di Shanghai dan memiliki rudal buatan China. Pekan lalu HTMS Taksin kembali singgah di Indonesia, tepatnya di Pelabuhan Benoa, Bali.

Rudal China dengan jangkauan sekitar 70 kilometer hingga 90 kilometer itu turut memperkuat persenjataan Republik Indonesia. Tentu saja di samping persoalan embargo, produk persenjataan buatan Rusia dan China lebih murah jika dibandingkan produk sejenis buatan AS.

Sebuah kapal perang baru, yang akan diluncurkan di Batam, Kepulauan Riau, Senin (25/4), juga diperkuat dengan persenjataan China, termasuk rudal C-802A. Seperti pada tahun 1960-an, persenjataan untuk menjaga wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang waktu itu disegani di belahan bumi selatan, kembali diperkuat arsenal produksi Blok Timur: Rusia dan China.(Iwan Santosa).

Peran Perbekalan dan Uji tembak Meriam

LAUT JAWA - KRI Sultan Hasanudin-366 mendekati KRI Oswald Siahaan-354 untuk latihan Peran Perbekalan, di Laut Jawa, Jumat (22/4). Peran Perbekalan yang dilakukan antar kapal perang tersebut, dalam rangka latihan tempur laut Operasi Jala Perkasa. FOTO ANTARA/Eric Ireng/Koz/pras/11.
 


 


 


 


Rabu, 20 April 2011

Thailand Memilih ESSM untuk frigat


RIM-162 Evolved Sea Sparrow Missile (ESSM) merupakan pengembangan dari rudal-7 Sea Sparrow RIM, rentang-menengah permukaan-ke-udara rudal bisa mencapai target 50 + km dan mach 4 + dengan radar semi-aktif merpati dari panduan sistem rudal (Foto: US Navy) 

Royal Thai Navys dua Naresuan kelas (Tipe 25T) frigat akan menerima RIM-162 Evolved SeaSparrow () ESSM rudal pertahanan udara Rudal sebagai bagian dari kehidupan mereparasi program-pertengahan dimulai pada tahun 2012.  



 


HTMS Naresuan 421, adalah versi modifikasi dari buatan Cina Type 053 tongkol dibangun oleh galangan kapal Zhonghua dan ditugaskan pada tahun 1995, frigat memiliki panjang 120,5 m dan 2.980 ton beban penuh (Foto: worldwarships)

Raytheon telah dipilih untuk menyediakan-jangkauan semi-dipandu-rudal aktif radar menengah untuk built-frigat Cina, seorang eksekutif perusahaan mengatakan Janes di Liga Angkatan Laut Sea-Air-Space 2011 Pameran AS pada tanggal 12 April. 

Enam Senjata Strategis TNI AL Sukses di Ujicoba

 BENGKULU - TNI Angkatan Laut sukses melakukan uji coba enam senjata strategis di Samudera Hindia atau sebelah barat Selat Sunda, Rabu (20/4).

Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) Mabes TNI, Laksamana Muda Iskandar Sitompul, mengatakan, uji coba beberapa senjata strategis itu merupakan upaya TNI menjaga kedaulatan dan tegaknya NKRI. "TNI AL sebagai salah satu pertahanan negara dituntut berperan aktif dalam menjaga dan mempertahankan kedaulatan negara," katanya.

Enam senjata strategis tersebut diantaranya : rudal Yakhont, Exocet MM-40, Torpedo SUT, Mistral, Seacat dan RBU 6000. Rudal Yakhont ditembakkan dari Fregat Van Speijk class KRI Oswald Siahaan-354 sukses ditembak menuju sasaran yang berjarak 250Km yakni eks kapal perang KRI Teluk Bayur-502. Rudal Yakhont yang ditembakkan merupakan salah satu dari empat rudal yang dibawa KRI Oswald Siahaan-354.

Sedangkan, rudal Exocet MM-40 dan rudal penangkis serangan udara Mistral ditembakkan dari Korvet Sigma class KRI Hassanuddin-366 dan torpedo SUT ditembakkan dari kapal selam kelas 209 KRI Cakra-402. Untuk rudal anti pesawat Seacat ditembakkan dari KRI Karel Satsuit Tubun-358 dan KRI Oswald Siahaan-354. Roket anti-sub-mortar RBU 6000 ditembakkan dari Korvet Parchim class KRI Cut Nyak Dien-375.

"Kapal yang menjadi sasaran telah berhasil dihancurkan dan tenggelam," ungkap Kapuspen. Diungkapkan alasan dibelinya rudal Yakhont dari Rusia, karena berdasarkan kajian rudal Yakhont ini memenuhi standar geografi di Indonesia. "Beberapa rudal sudah kita beli," katanya yang enggan menyebutkan jumlah rudal yang dibeli.

Komandan Gugus Tugas Senjata Strategis TNI AL, Laksamana Pertama TNI Sulaeman Banjarnahor, mengatakan, dalam uji tembak tersebut rudal Yakhont hanya membutuhkan waktu sekitar enam menit mencapai sasaran. Sulaeman mengatakan, TNI AL melibatkan sekitar 19 kapal perang dan empat unit helikopter untuk melakukan uji coba itu.

Menurut dia, rudal Yakhont sebenarnya sudah dimiliki sejak tahun 2007, namun TNI AL baru bisa melakukan uji coba kali ini karena untuk mengintegrasikan sistem kapal dengan rudal membutuhkan waktu yang lama.

Rombongan VIP Batal Menyaksikan

Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, Menko Polhukam Djoko Suyanto, Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono dan tiga kepala staf angkatan serta sejumlah anggota DPR dari Komisi I batal menyaksikan uji coba enam senjata strategis di Samudera Hindia atau sebelah barat Selat Sunda.

Rencananya rombongan VIP yang di angkut menggunakan dua helikopter ini bakal mendarat di Helipad KRI Surabaya-591 yang telah disiapkan sejak Rabu pagi, namun hingga pukul 10.40 WIB yang bersamaan dengan proses peluncuran rudal rombongan VIP tak kunjung datang.

Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) Mabes TNI Laksamana Muda TNI, Iskandar Sitompul, membenarkan ketidakhadiran para petinggi TNI tersebut. "Kedatangan pejabat dan petinggi TNI sudah direncanakan dengan baik, helikopter yang membawanya dari Jakarta sebenarnya sudah setengah perjalanan menuju Samudera Hindia, namun karena cuaca buruk rombongan akhirnya kembali lagi ke Jakarta," katanya. Rombongan VIP tersebut terbang dari Bandara Halim Perdanakusuma.

TNI AL Sukses Memodifikasi Rudal SAM Seacat

SELAT SUNDA - Sebuah Rudal anti pesawat (SAM) Seacat yang sudah dimodifikasi milik TNI AL, ditembakkan dari buritan KRI Oswald Siahaan-354 (KRI OWA-354), saat berlayar di Selat Sunda, Selasa (19/4). Rudal seacat adalah jenis rudal anti pesawat jarak pendek buatan Inggris. Di Inggris pembuatan rudal ini dimaksudkan untuk mengganti meriam anti pesawat Bofors 40mm, dan seacat menjadi rudal SAM pertama yang dioperasikan dikapal sebagai point-defence missile system. Rudal Seacat memiliki spesifikasi kecepatan tembak 228,60 m per detik, panjang 154,8 Cm dan jarak tembak maksimum 5 Km tersebut, dalam rangka Operasi Jala Perkasa.FOTO ANTARA/Eric Ireng/spt/hm/11 


 


Formasi Tempur Laut Korvet Kelas Parchim TNI AL


JAKARTA - KRI Imam Bonjol menembakkkan roket anti kapal selam jenis RBU 6000, Rabu (20/4). Latihan formasi tempur laut tersebut bertujuan meningkatkan profesionalisme dan kesiapan operasional Alutsista serta mengetahui kehandalan, tingkat akurasi perkenaan sasaran dan daya hancur. FOTO ANTARA/Yudhi Mahatma/spt/11 


 
 

Uji Tembak Rudal Yakhont Sukses dilaksanakan

 BANTEN - Foto-foto uji tembak rudal Yakhont dari KRI Oswald Siahaan-354 dan rudal-rudal lainnya di perairan Samudra Hindia, Rabu (20/4). Rudal Yakhont buatan Rusia ini menembak sasaran eks-KRI Teluk Bayur-502 dengan jarak 135 mil laut (250km) di Perairan Samudera Hindia, sebelah barat Sumatera. Yakhont mempunyai jangkauan tembak 300 km dengan kecepatan terbang 2,5 mach, daya ledak 300 kg , ketinggian terbang 14000 meter serta dilengkapi dengan peralatan pendorong supersonic ramjet. FOTO ANTARA/Prasetyo Utomo/spt/11 
 
 

Indonesia dan Korea Selatan Daftar Perjanjian KFX Definitif


KFX - menengah pesawat tempur dengan teknologi generasi 4,5 (Foto: Hangkong) 


Indonesia untuk investasi $ 10 juta dalam proyek tempur Korea

Indonesia telah menawarkan untuk membayar $ 10 juta untuk penilaian kelayakan program pengembangan adat jet tempur Korea, seorang pejabat pertahanan mengatakan Rabu.

"Korea Badan Pengembangan Pertahanan menandatangani kontrak dengan lembaga yang dikelola negara senjata Indonesia, Balitbang, pada perkembangan eksplorasi proyek KF-X," kata Chung Jae-yoon, juru bicara Program Akuisisi Pertahanan Administrasi (dapa).

Proyek KF-X mengacu pada pesawat tempur multirole Korea program pembangunan yang awalnya diumumkan pada tahun 2001, tetapi kemudian terhenti selama 10 tahun.

Berdasarkan perjanjian, Chung mengatakan Indonesia akan membayar 20 persen dari biaya studi awal untuk proyek KF-X dalam pertukaran untuk memungkinkan 30 peneliti untuk berpartisipasi dalam proyek di sini selama dua tahun ke depan.

Pada bulan Juli tahun lalu, Indonesia menandatangani nota kesepahaman dengan Korea untuk berinvestasi dalam proyek sebagai imbalan untuk memperoleh sekitar 50 pejuang KF-X.

"Dengan perjanjian resmi dengan Indonesia, rencana kami untuk bersama-sama mengembangkan pejuang dengan mitra internasional diharapkan dapat berjalan lancar," kata pejabat itu.

Korea Angkatan Udara telah mengejar proyek KF-X untuk membantu menggantikan F-nya umur-4 / 5 pejuang.

Dapa berencana untuk memilih prototipe dengan akhir tahun 2012.

Rabu kesepakatan datang kurang dari dua minggu setelah Indonesia terpilih Korea Selatan sebagai pemenang lelang proyek untuk membeli jet pelatih.

Kedua pihak belum menyelesaikan negosiasi harga dan rincian lainnya.Jika kesepakatan final disegel, itu akan memungkinkan Korea Selatan untuk mengekspor T-50 Golden Eagle pelatih jet supersonik untuk pertama kalinya.

Jumat, 15 April 2011

Angkatan Pertahanan Australia Harus Bangun Kapal selam, Says Analis


HMAS Waller, salah satu kapal selam kelas Collins (Foto: Industri Pertahanan Harian)


Plea untuk membangun kapal selam sekarang atau gap risiko dalam pertahanan
AUSTRALIA harus kick-mulai membangun 12 kapal selam jarak jauh baru atau risiko celah dalam pertahanan maritim, seorang analis pertahanan mengatakan.
Kapal selam itu diumumkan sebagai pengganti bagi kapal kelas Collins sebagai bagian dari Pertahanan Kertas Putih 2009, tetapi proyek ini telah dilakukan sejak''tanda''waktu, Andrew Davies dari Institut Kebijakan Strategis Australia mengatakan dalam sebuah makalah.


''Untuk mereka yang dekat dengan dunia desain kapal selam dan operasi, jam sudah berdetak pada tahun 2009.


''Waktu-lead untuk merancang, membangun, menguji dan mengevaluasi sebuah kapal selam baru mungkin 15 tahun atau lebih, hampir sama dengan harapan sisa umur armada Collins. Waktu sudah habis.''


Dr Davies mengatakan bahwa jika pembangunan kapal selam mulai sekarang, ke-12 tidak akan disampaikan sampai 2030, yang secara kasar saat yang sama kelas Collins yang dijadwalkan akan dinonaktifkan.


Kelas Collins itu sendiri adalah contoh dari cara jadwal kapal selam bisa meniup, dengan kapal keenam dan terakhir disampaikan 21 tahun setelah keputusan untuk membangun dibuat.


Dr Davies mengatakan mungkin ada godaan dalam pemerintah untuk menunda pada bangunan kapal selam, sebuah proyek yang bisa biaya $ 36 miliar, sebagai kelas Collins tampaknya akan keluar setelah fase panjang''''salah urus yang parah, tapi itu akan menjadi suatu kesalahan.


''Namun, pendekatan yang menjalankan risiko meninggalkan gap antara akhirnya run-down dari armada Collins dan pengenalan penggantinya. Dan kami sudah ada sebelumnya.''

HTMS Taksin (FF-422) Berkunjungan Ke Pelabuhan Belawan-Medan

MEDAN - Anggota TNI AL menyambut kedatangan kapal perang HTMS Taksin (FF-422) milik angkatan laut Thailand di dermaga Pelabuhan Belawan Medan, Sumut, Jumat (15/4). Kunjungan persahabatan angkatan laut tersebut dalam rangka memperkuat kerjasama keamanan wilayah perbatasan laut ke dua negara di perairan Selat Malaka. FOTO ANTARA/Septianda Perdana/ed/mes/11




Sabtu, 09 April 2011

Spesifikasi USS George Washington


Kapal USS George Washington adalah kapal induk nuklir yang berada di bawah naungan Navy Amerika Serikat. Kapal ini diberi nama sesuai dengan presiden pertama Amerika Serikat, George Washington. Kapal ini telah menjelajahi samudera luas dalam berbagai misi di seluruh dunia sebagai bagian dari pembelaan dan pertahanan diri Amerika dalam perang melawan terorisme global. 

Kapal ini menampung 5.680 personil yang mengoperasikan berbagai sistem dan subsistem yang terdapat di dalamnya. Hal ini temasuk teknisi, pakar pesawat tempur, pakar helikopter dan pakar transportasi. berdasarkan jenisnya, kekuatan kapal ini berasal dari dua westinghouse brand A4W reaktor nuklir dengan kekuatan 4xsteam turbin sampai 4xshafts dengan produksi hingga 260.000 shaft tenaga kuda. Kecepatan tertingginya mencapai 30 knot.


USS G. Washington 1
USS_George_Washington 3

Sistem pertahanan dan alat perang dari kapal ini mendapatkan pujian dari banyak kalangan. Didukung oleh berbagai macam senjata antara lain 2 x Sea Sparrow surface-to-air missile launchers, 2 x RIM-166 RAM (Rolling Airframe Missiles) launchers and 3 x 20mm Phalanx Close-In Weapon Systems (CIWS). Electronic warfare is handled by way of an SLQ-25A(V)4 Countermeasures system and torpedo countermeasures as needed. Radar juga termasuk bagian dari sistem seperti AN/SPS-48E 3-D air search, AN/SPQ-9B target acquisition and twin AN/SPN-46 air traffic control radars.

USS George Washington yang pertama kali dibuat pada tahun 1982 dan laid down pada tahun 1986. Kapal tersebut mulai diluncurkan pada tahun 1990 dan secara resmi pada tahun 1992. Menariknya pangkalannya terletak di Yokosuka Naval Base di Yokosuka, Jepang dan lebih dikenal dengan nama panggilan dari “GW”. Saat ini masih aktif di satuan Navy Amerika Serikat

USS_George_Washington 2

Berikut ini adalah spesifikasi dari USS George Washington:

Dimensi:
Length: 1092ft (332.84m)
Beam: 252ft (76.81m)
Draught: 41ft (12.50m)

Struktur:
Complement: 5,680
Suface Displacement: 97,000tons


Kekuatan:
Engine(s): 2 x Westinghouse A4W nuclear reactors and 4 x steam turbines powering 4 x propeller shafts and generating 260,000shp.

Kemampuan:
Surface Speed: 30kts (35mph)
Range: Essentially Unlimited

Persenjataan:
2 x Sea Sparrow Mk 57 Mod 3 surface-to-air missile launchers
2 x RIM-166 RAM (Rolling Airframe Missile) launchers
3 x 20mm Phalanx CIWS

Pesawat yang ada:
Dapat menampung 90 pesawat berbagai jenis termasuk helikopter.

Soobrazitelny Korvet Kedua Project 20380




02 April 2010 -- Korvet berteknologi siluman Soobrazitelny kapal kedua dari empat dari Project 20380 yang dipesan Angkatan Laut Rusia diluncurkan dari galangan kapal Severnaya Verf. Korvet pertama Stereguschiy telah dioperasikan, Boiky korvet ketiga dibangun mulai Juli 2005 dan terakhir Stoiky pada November 2006.

Project 20380 dikembangkan oleh Biro Disain Almaz Central. Korvet dirancang guna peperangan zona perairan dangkal, anti kapal permukaan dan kapal selam serta dukungan tembakan operasi pendaratan.

Kapal berbobot 2000 ton, panjang 100 meter dan lebar 13 meter, jarak jelajah 4000 nm, awak kapal dan helikopter 100 orang. Dipersenjatai kanon 100 mm dibuat oleh St. Petersburg, sistem rudal/kanon anti pesawat/rudal Kashtan, rudal supersonik dapat menghantam sasaran hingga ketinggian 10 km, serta dua kanon AK-630. 










AU Perancis Memesan 8 CN-235




CN-235. (Foto: EADS)

2 April 2010 -- DGA (Direction Générale pour l'Armement) Perancis memesan 8 pesawat angkut militer Casa CN-235 senilai 225 juta euro (305 juta dolar) guna menjembatani terlambatnya pengiriman pesawat angkut berat A400M, diumumkan pemerintah Perancis, Kamis (1/4).

Kontrak ditandatangani Kamis (25/3), termasuk dukungan pelayanan dari EADS Casa, pesawat dijadwalkan diterima AU Perancis 2011 dan 2013.

Pesawat tersebut akan bergabung dengan 19 CN-235 yang telah dioperasikan AU Perancis. AU Perancis menggunakan C-160 Transal, C-130 Hercules dan Casa CN-235 untuk armada angkutnya.









CN-235 AU Perancis saat mengunjungi Tahiti. (Foto: flickr/PhillipC)

Pimpinan DGA Laurent Collet-Billion saat rapat kerja dengan parlemen, Rabu (24/3) mengatakan armada angkut saat ini sudah uzur hanya memenuhi 25 persen misi angkut yang direncanakan pada Buku Putih Pertahanan dan Keamanan Nasional. Sejumlah pesawat terbang lebih dari 40 tahun dan sangat mahal untuk merawatnya.

Pertimbangan utama adalah sulit menjaga kemampuan para pilot serta jam terbang dengan armada pesawat saat ini.

Casa CN-235 dikembangkan oleh Casa Spanyol dan PT. DI Indonesia, menggunakan dua mesin propeller digunakan pesawat angkut dan penerjunan kargo maupu prajurit, Pesawat mampu menempuh jarak hingga 3500 km dengan membawa 5 ton kargo atau 40 penumpang.

PT. DI mengembangkan CN-235 versi MPA (Maritime Patrol Aircraft) telah digunakan oleh TNI AU dan segera TNI AL. PT. DI sedang mengembangkan CN-235 versi anti kapal selam.

PT. DI dan KAI Produksi Bersama Jet Tempur


Jet tempur T-50B Golden Eagle melepaskan tanki bahan bakar tambahan, dimungkinkan PT. IPTN akan produksi bersama dengan KAI 200 jet tempur jenis ini. (Foto: DID)

29 Maret 2010, Bandung -- " Kita pernah mengembangkan sendiri pesawat terbang CN-235 dan N-250 untuk membuktikan bahwa SDM Indonesia mampu menguasai dan mengembangkan teknologi secanggih apa pun. Di mana itu semua sekarang?" tegas B.J. Habibie, mantan presiden RI, di depan peserta kuliah umum bertema Filsafat dan Teknologi untuk Pembangunan di Balai Sidang Universitas Indonesia (UI), Depok, Jumat lalu (12/3).

Ya, PT Dirgantara Indonesia (PT DI) memang tidak bisa dibandingkan dengan ketika perusahaan itu masih bernama Industri Pesawat Terbang Nurtanio (IPTN) dan Habibie masih menjabat presiden direktur. Saat itu IPTN memiliki 16 ribu karyawan. Kompleks gedung IPTN di kawasan Jalan Pajajaran, Bandung, berdiri megah, menempati lahan seluas 83 hektare.

Yang paling laris adalah pesawat CN-235. Pesawat berkapasitas 35 sampai 40 orang itu paling banyak diorder dari dalam negeri maupun luar negeri. Selain itu, ada pesawat C-212 (kapasitas 19-24 orang). Produk chopper alias helikopter juga tak mau kalah. Ada NBO-105, NAS-332 Super Puma, NBell-412, dan sebagainya. Semua produk burung besi tersebut begitu membanggakan bangsa saat itu.

Namun, persoalan muncul saat krisis ekonomi menggebuk Indonesia pada 1998. Ketika itu, PT DI yang bernama Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) mendapat order membuat pesawat N-250 dari luar negeri. Pesawat terbang ini berkapasitas 50 hingga 64 orang. Sebuah kapasitas ideal untuk penerbangan komersial domestik. Umumnya pesawat domestik di tanah air saat ini menggunakan pesawat dari kelas yang tak jauh berbeda dari N-250.

PT DI menerima pesanan 120 pesawat. Ongkos proyek yang disepakati USD 1,2 milliar. PT DI langsung tancap gas. Ribuan karyawan direkrut. Mesin-mesin pembuat komponen didatangkan. ''Kami berupaya keras menyelesaikan proyek itu sesuai target,'' tutur Direktur Integrasi Pesawat PT DI Budiwuraskito saat ditemui Jawa Pos di Bandung pekan lalu.

Namun, PT DI harus menelan pil pahit. Pemulihan krisis ekonomi bersama International Monetary Fund alias IMF mengharuskan Indonesia menerima sejumlah kesepakatan. Salah satunya, Indonesia tak boleh lagi berdagang pesawat. ''Itu benar-benar memukul kami,'' kata Budiwuraskito, pria Semarang ini.

Padahal, kata Budi, PT DI telanjur merekrut banyak karyawan. Sejumlah teknologi dan peralatan sudah didatangkan. Semua siap produksi. Pesawat contoh bahkan sudah jadi, sudah bisa terbang, dan siap dijual. Tinggal menunggu proses sertifikasi penerbangan. ''Nggak tahu, mungkin ada negara yang takut tersaingi kalau Indonesia bikin pesawat,'' ujarnya mengingat sejarah kelam PT DI itu.

Bayangan menerima duit gede USD 1,2 milliar menguap. Malah, PT DI harus memikirkan cara menghidupi karyawan yang telanjur direkrut. Proyek memang batal, tapi orang-orang yang hidup dari PT DI juga tetap harus dikasih makan. ''Akhirnya, mau tidak mau, kami mem-PHK karyawan secara baik-baik,'' katanya.

Pada 2003, PT DI memutus kerja sembilan ribu lebih karyawan. Jumlah itu terus bertambah. Dari 16 ribu pekerja, PT DI hanya menyisakan tiga ribu pekerja. Baik di bagian produksi maupun manajemen. Kondisi itu semakin membuat PT DI terpuruk. Apalagi, tak ada lagi order pesawat yang datang. Roda perusahaan pun tak berjalan.

Namun, PT DI berupaya mempertahankan diri. Semua pasar yang bisa menghasilkan duit disasar. Mulai pembuatan komponen pesawat hingga industri rumah tangga seperti pembuatan sendok, garpu, dan sejenisnya. Salah satunya membuat alat pencetak panci.

''Pabrik-pabrik pembuat panci itu kan perlu alat pencetak. Biasanya mereka impor dari luar negeri. Mengapa harus impor kalau bisa kita bikinin. Dan, itu lumayan untuk membuat roda perusahaan berjalan,'' kata Budi. Tapi, urusan panci itu tak banyak membantu. Pada 2007, BUMN yang didirikan pada 26 April 1976 itu dinyatakan pailit alias bangkrut.

PT DI tak lantas almarhum. Pemerintah masih punya keinginan mengembangkannya meski modal yang diberikan tak terlalu deras. Dan, kendati sudah dinyatakan pailit, masih ada rekanan dari mancanegara yang percaya akan kualitas produk PT DI.

Salah satunya British Aerospace (BAE). PT DI mendapat order sebagai subkontrak sayap pesawat Airbus A380 dari pabrik burung besi asal Inggris itu. Juga ada order dari dua negara Timur Tengah enam pesawat jenis N-2130. Apalagi, Indonesia sudah menceraikan IMF. Artinya, PT DI sudah leluasa berdagang pesawat.

Budi menuturkan, order enam pesawat itulah yang bisa dibilang ''menyelamatkan'' PT DI saat itu. Laba dari pesanan itu digunakan sebagai modal pengembangan. Selain itu, PT DI semakin fokus menggarap pasar komponen dan bagian-bagian pesawat dengan menjadi subkontrak atau offset program. Antara lain bagian inboard outer fixed leading edge (IOFLE) dan drive rib alias ''ketiak'' sayap milik Airbus A380.

Airbus A380 adalah pesawat bikinan Airbus SAS (Prancis) yang sudah kondang di jagat dirgantara. Pesawat ini biasanya digunakan untuk penerbangan internasional lintas benua dengan muatan 500 hingga 800 penumpang. ''Kita mencoba meraih untung dengan menjadi subkontrak dari pemain besar,'' kata Budi.

Kondisi PT DI terus membaik. Dalam waktu dekat mereka akan memproduksi pesawat tempur dengan dana urunan bersama pemerintah Korea Selatan (Korsel) sebesar USD 8 milliar. Indonesia menyumbang USD 2 milliar, sedangkan pemerintah Korsel USD 6 milliar. ''Tapi, untuk Indonesia itu akan kita konversikan dalam bentuk tenaga, teknologi, dan pengembangan pesawat tersebut,'' katanya.

Kemampuannya tak jauh berbeda dengan F-16 Fightning Falcon, pesawat tempur kondang buatan Amerika Serikat yang digunakan 24 negara di dunia. Rinciannya, 200 unit untuk Korsel dan 50 untuk Indonesia. ''Proyek ini memakan waktu sampai tujuh tahun,'' kata Budi.

Selain itu, order dari Timur Tengah terus berdatangan. Sejumlah negara memesan CN-235untuk pesawat pengawas pantai, pengangkut personel militer, dan pemantau perbatasan. Dari dalam negeri, Kementerian Pertahanan (Kemhan) juga memesan enam unit helikopter dan Badan SAR Nasional (Basarnas) empat unit.

Budi mengakui, tren industri dirgantara di Indonesia terus naik kendati perlahan. Paling tidak, tujuh tahun ke depan, PT DI bisa meraup laba yang lumayan dari membuat pesawat. Sebenarnya, kata Budi, keuntungan itu bisa didongkrak bila ada keberanian mencari pinjaman. Tapi, itu bakal sulit. ''Tidak banyak bank yang mau. Sebab, risikonya terlalu tinggi. Padahal, semakin tinggi risiko, janji revenue juga besar,'' kata Budi yang lulusan Teknik Penerbangan, Institut Teknologi Bandung (ITB), dan menyelesaikan gelar MBA di Belanda itu.

Strategi pengembangan PT DI saat ini, kata Budi, tak bisa terlalu ekspansif. PT DI memilih berjalan perlahan dengan memanfaatkan margin keuntungan sebagai modal pengembangan. ''Begini saja, lebih aman,'' kata Budi lantas tersenyum.

Menanti Gelombang Pensiun Besar PT DI pada 2014 

Saat ini PT DI memiliki 4.200 karyawan. Tapi, jumlah itu akan turun tiap tahun. Pada 2014, badan usaha milik negara (BUMN) produsen burung besi itu hanya akan dioperasikan 300 orang. ''Yang senior banyak yang harus pensiun,'' kata Manager Corporate Communication Rakhendi Triyatna saat ditemui di kompleks PT DI di Bandung pekan lalu.

Kondisi itu tak bisa dibiarkan. Apabila, jika tidak ada penanganan, grafik perkembangan PT DI yang terus menanjak bisa terjun bebas. Mereka akan mengalami persoalan krisis tenaga kerja. ''Karena itu, secara bertahap dalam beberapa tahun ke depan akan ada rekrutmen besar-besaran,'' kata Rakhendi yang juga akan pensiun dua tahun lagi.

Tahun ini 25 orang akan ditarik menjadi karyawan. Pada 2011, sebanyak 700 lebih tenaga kerja akan direkrut. Mereka yang direkrut tidak hanya dari bagian produksi, tapi juga bagian manajemen perusahaan. ''Setiap 300 orang yang direkrut terdapat 30 orang lulusan ITB (Institut Teknologi Bandung, Red),'' kata lelaki 53 tahun itu.

Hingga sekarang, kata Rakhendi, PT DI masih cukup bisa mengandalkan tenaga dari dalam negeri. Pekerja di bagian produksi umumnya adalah lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Penerbangan atau umum. Selain SMK, tenaga sarjana yang diambil kebanyakan dari Teknik Penerbangan ITB.

Direktur Integrasi Pesawat PT DI Budiwuraskito mengatakan, karyawan yang bekerja di PT DI tak perlu susah beradaptasi. Sebab, budaya kerja PT DI sudah sangat kuat terbentuk. Mereka yang bertugas mengebor dan mengecor aluminium alloy (bahan ringan kuat pembuat bodi pesawat) dan komposit cukup mengikuti para senior. ''Dua bulan di sini kami training pasti sudah bisa,'' katanya.

Soal tenaga kerja, PT DI memang tak punya banyak masalah. Yang menjadi masalah hanyalah peralatan dan mesin untuk membuat pesawat. Peralatan yang dipakai kini masih terbatas. Bahkan, untuk meng-handle order yang terus berdatangan, peralatan tersebut sampai overload.

Menurut Budi, pesawat dibuat dalam beberapa bagian yang terpisah untuk kemudian disatukan. Biasanya, panjang setiap bagian sekitar 5 meter. Nah, mesin yang berkapasitas 5 meter itulah yang cukup terbatas. Proses produksi menjadi lama karena mesinnya terbatas. ''Harus antre,'' kata Budi, lantas tersenyum.

T-50 Perkuat TNI AU Pada Tahun 2012



T50 Golden Eagle milik Angkatan Udara Korea (photo : Buffalo79)
Jakarta (ANTARA News) - TNI Angkatan Udara segera diperkuat satu skuadron atau 16 pesawat T50 Golden Eagle dari Korea Selatan tahun depan, untuk meningkatkan kemampuan para penerbang matra udara, kata Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Imam Sufaat usai peringatan ke-65 TNI Angkatan Udara di Jakarta, Sabtu.
Imam Sufaat menambahkan, pengadaan pesawat tersebut merupakan salah satu program pengembangan kekuatan TNI Angkatan Udara hingga 2024 berdasar kekuatan dasar minimum.

"Kebijakan dari Presiden (Susilo Bambang Yudhoyono) untuk mempercepat pemenuhan kebutuhan alutsista khususnya untuk mengganti pesawat-pesawat berusia di atas 30 tahun," ujarnya.

Pesawat latih T50 Golden Eagle rencananya menggantikan Hawk 53 MK buatan Inggris yang segera dipensiunkan. Selain T50, TNI Angkatan Udara juga akan membeli pesawat Super Tucano untuk menggantikan OV-10 Bronco.

"Proses pengadaan T50 sudah ditetapkan oleh Kemhan (Kementerian Pertahanan). Proses pengadaan sudah dimulai," tuturnya.

Untuk membeli satu skuadron T50, pemerintah harus menyiapkan danaa 400 juta dolar AS. Pesawat rencananya mulai dikirim ke Indonesia pada 2012.

"Normalnya sebenarnya 18 bulan, tapi kami minta perusahaannya untuk mempercepat," kata Imam seraya menyebutkan T50 cocok untuk latihan pilot pesawat Sukhoi dan memiliki kemampuan mirip F 16.

"Jadi sebelum mereka ke Sukhoi, mereka kita latih pakai T50 dulu. Karena kalau latihan pakai Sukhoi "cost operasional" nya cukup besar. Selain untuk latihan, pesawat ini bisa digunakan untuk operasi penyerangan ringan," kata Imam.

Selasa, 05 April 2011

DPR Setujui Hibah Kapal Patroli Dari Brunei

JAKARTA - Komisi Pertahanan Dewan Perwakilan Rakyat akhirnya menyetujui rencana pemerintah menerima hibah dua kapal patroli dari Brunei Darussalam.

"Dengan catatan, pelaksanaan hibah dilaksanakan sesuai dengan mekanisme perundang-undangan," ujar Wakil Ketua Komisi TB Hasanuddin saat membacakan kesimpulan di akhir rapat dengar pendapat Komisi Pertahanan dengan Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono di DPR, Senin (4/4) malam.

Sebelumnya, dalam rapat itu, sejumlah anggota Dewan mempertanyakan motif Brunei memberikan kapal. "Tidak ada makan siang yang gratis, jangan-jangan di akhir ada yang memberatkan," kata TB Hasanuddin. Legislator lainnya khawatir kasus kapal bekas dari Jerman Timur di masa Orde Baru, yang ternyata malah lebih mahal ketimbang kapal baru.

Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana Madya Soeparno meminta anggota parlemen tak berprasangka buruk. "Hibah ini sangat Islami, ikhlas, kalau berpikir yang tidak-tidak, kita seperti orang miskin yang sombong," katanya sembari berkelakar. Hadirin rapat kontan terbahak mendengarnya.

Legislator juga mempertanyakan penerimaan hibah yang belum memenuhi prosedur lengkap. Sejauh ini, kata Hasanuddin, Komisi Pertahanan baru menerima surat mengenai hibah dari Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro.


Calon awak kapal hibah eks Waspada Class berangkat ke Brunei, 24 Maret lalu.

Seharusnya, ada pula surat pemberitahuan resmi dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kepada pimpinan DPR. Meski Komisi Pertahanan telah menyetujui hibah, mereka meminta pemerintah tetap memenuhi prosedur tersebut.

Soeparno mengatakan kapal yang harga satu unitnya bernilai sekitar Rp 50 miliar itu bakal diberangkatkan dari Brunei tanggal 28 April 2011. Dua kapal dengan panjang 44 meter itu dibuat tahun 1977-1978 oleh galangan asal Inggris di Singapura, Vosper Thornycroft. Hibah ini dikhabarkan beserta suku cadangnya yang diperkirakan cukup untuk waktu sepuluh tahun.

Hibah kapal lawas itu tak termasuk peluru kendali, karena stok peluru kendali yang ada sudah kadaluwarsa. Namun, Soeparno menyebutkan menambahkan peluru kendali adalah perkara mudah. "Gampang, beli (saja), tinggal masang," ucapnya.


Kapal Patroli kelas Waspada juga dilengkapi dengan rudal anti kapal Exocet MM-38

Ia menambahkan, biaya perjalanan, pelatihan awak, dan administrasi surat-surat semuanya diongkosi oleh pihak Brunei.

Pemerintah Brunei Darussalam menghibahkan ke Indonesia, dua kapal patroli kelas Waspada: KDB Waspada (P02) dan KDB Pejuang (P03) sebagai bagian dari upaya meningkatkan hubungan militer kedua negara. Pemberian itu diumumkan Wakil Menteri Pertahanan Brunei Darussalam Dato Paduka Hj Mustappa Hj Sirat saat Yudhoyono melakukan kunjungan kenegaraan ke Bandar Seri Begawan, Brunei, pada Februari lalu.