Sabtu, 26 Maret 2011

Rudal Patriot



Di dalam era perang modern yang sarat teknologi militer canggih saat ini, teknologi peluru kendali (rudal) memainkan peran yang penting dan strategis. Rudal menjadi penting dalam satu peperangan karena mempunyai kemampuan menjangkau posisi pihak lawan yang sangat jauh sekaligus menghancurkannya. 

Berbagai jenis rudal dapat dikelompokkan dalam 4 tipe kategori, yaitu: 
  • permukaan ke udara (surface to air), 
  • udara ke udara (air to air), 
  • udara ke permukaan (air to surface) 
  • permukaan ke permukaan (surface to surface).
Salah satu rudal yang telah memiliki “pamor” adalah rudal Patriot (MIM-104) milik Angkatan Bersenjata Amerika Serikat yang dinilai berhasil melaksanakan tugasnya semasa Perang Teluk (Persian Gulf War) dan Perang Irak (Operation Iraqi Freedom) tahun 2003. 

Sebenarnya ide teknologi Patriot sudah dirintis sejak akhir tahun 60-an, dibawah pimpinan Zdzislaw Starostecki, ilmuan AS berdarah Polandia. Rudal Patriot merupakan kombinasi kemampuan sistem radar phased array dan sistem kendali rudal track-via-missile guidance. Namun baru pada tahun 1976 ide tersebut dapat terwujudkan dan tahun 1984 dioperasikan pertama kali oleh Angkatan Bersenjata Amerika dengan fungsi sebagai sistem senjata anti pesawat terbang. 

Istilah Patriot sendiri berasal dari singkatan Phased Array TRacking to Intercept Of Target.

Sekilas Rudal Patriot

Rudal Patriot yang mempunyai “call sign” MIM-104, merupakan tipe rudal jarak menengah permukaan ke udara (medium range surface to air missile) yang dapat beroperasi di segala cuaca dan medan. Oleh Angkatan Bersenjata Amerika, Rudal Patriot dijadikan sebagai bagian dari sistem pertahanan udara dengan “tugas pokoknya” menghancurkan rudal lawan (counter tactical ballistic missiles) atau menghancurkan obyek udara lainnya, seperti pesawat terbang dan sebagainya. 

Rudal Patriot dibuat oleh dua perusahaan spesialis persenjataan militer yaituRaytheon di Massachusetts dan Lockheed Martin di FloridaAmerika Serikat. Rudal Patriot merupakan Rudal andalan Angkatan Bersenjata Amerika Serikat (dan sekutunya) serta memainkan peranan penting dalam memenangkan suatu kancah peperangan. 

Saat ini Rudal Patriot digelar di beberapa negara di luar Amerika Serikat, sepertiJerman, Yunani, Israel, Jepang, Kuwait, Belanda, Saudi Arabia, Taiwan danMesir

Rudal Patriot mendapat nama harum, ketika digunakan dalam berbagai operasi selama Perang Teluk, saat itu Rudal Patriot (tipe PAC-2) yang digelar di Kuwait berhasil menghancurkan sejumlah Rudal Scud milik Irak di udara, walaupun ada beberapa juga yang meleset dari target. 

Sehingga Rudal PAC-2 kemudian di upgrade menjadi rudal PAC-3 dan Rudal GEM+ (Guidence Enhanced Missiles) dengan sistem radar dan kendali Rudal yang lebih akurat dan canggih, berdaya jangkau hingga 300 km. 
Rudal Patriot pertama kali digunakan dalam perang pada tanggal 18 Januari 1991, ketika satu Rudal Patriot sukses mengintersepsi sekaligus menghancurkan satu Rudal Scud milik Irak di atas udara Saudi Arabia. Bisa dikatakan bahwa saat itulah pertama kalinya terjadi perang Rudal melawan Rudal.

Kemampuan Teknis Rudal Patriot

Rudal Patriot dilengkapi sistem pengendalian Rudal TVM (Track-Via-Missiles)memiliki kemampuan mengidentifikasi sekaligus 100 target Rudal atau obyek udara yang berbeda dan siap diluncurkan dalam waktu kurang dari 9 detik.

Satu stasiun sistem Rudal Patriot terdiri dari 4 komponen, yaitu 
  • sistem radar phase array AN/MPQ-53 (G-band system) berfungsi sebagai “detection to kill” dilengkapi sistem IFF (Identifying Friend or Foe), 
  • satu kotak peluncur Patriot terdiri dari 4 buah Rudal PAC-2 (kemudian di upgrade menjadi PAC-3) ditarik kendaraan M-860 semi-trailer seberat 5 ton, 
  • satu ruang pusat pengendalian Engagement Console Station (ECS) AN/MSQ-104 dengan awak operatornya
  • sistem komunikasi dengan antena Mast 4 kW UHF yang menyatu dengan kendaraan pengangkut.
Sementara satu stasiun Patriot dapat terdiri dari 8 kotak peluncur, sehingga memiliki total Rudal sebanyak 32 yang siap dioperasikan. Sistem radar Patriot dikenal tercanggih saat ini terutama untuk kemampuan sistem tracking obyek udara yang menjadi targetnya. 

Secara teknis, Rudal PAC-2 memiliki panjang 5,31 meter dengan berat 900 kg berbahan bakar solid-fueled, memiliki kecepatan 5 kali kecepatan suara (mach 5) dan dilengkapi dengan hulu ledak seberat 91 kg. Sementara PAC-3 posturnya lebih ramping namun lebih akurat dengan daya jangkau sampai 300 km di ketinggian maksimum 24 km.

Cara Kerja Sistem Rudal Patriot

Seperti terlihat pada gambar 4, cara kerja sistem Rudal Patriot adalah sebagai berikut: Pertama, radar phased array “menyapu langit” untuk mendeteksi adanya obyek udara (target) yang mengancam, sekaligus mengidentifikasi apakah obyek tersebut kawan sendiri atau merupakan rudal, pesawat tempur atau pesawat tanpa awak milik lawan. 

 Jika teman, di layar radar akan terlihat kode-kode tertentu yang selalu berubah setiap hari. Bila lawan yang tidak memancarkan kode-kode tertentu, maka operator rudal akan mempersiapkan penembakan.

Berikutnya, setelah target terdeteksi dan teridentifikasi maka sistem komputer Patriot membuat data tracking Rudal target seperti data tentang, posisi, trakyektori, speed, altitude & heading. Kemudian sistem radar dan komputer memantau terus menerus pergerakan Rudal target, dan selanjutnya operator akan memilih jenis Rudal apa yang akan diluncurkan, apakah Rudal PAC-3 atau GEM+. 

Langkah berikutnya, operator meluncurkan Rudal dari kotak peluncur (missile launcher) dalam waktu kurang dari 9 detik, setelah Rudal meluncur dari tabung peluncur, sepenuhnya akan dipandu oleh sistem radar dan sistem kendali TVM menuju target. Rudal yang diluncurkan tersebut kemudian akan “membaca” sinyal data pergerakan Rudal target dan meneruskan sinyal tersebut ke control station.

Sehingga sistem komputer sekarang tahu secara akurat posisi dari Rudal Pariot maupun Rudal lawan. Terakhir, kalau Rudal yang dipilih operator adalah GEM+ (4 Rudal per launcher) maka warhead Rudal GEM+ akan meledak dekat Rudal target sekaligus menghancurkannya. Apabila Rudal PAC-3 (16 per launcher) yang dipilih operator, maka sifat dari Rudal tersebut adalah direct hit atau langsung menubrukan dirinya ke Rudal target (sasaran). Rudal patriot siap melabrak sasaran dalam jarak 16 sampai 32 km dengan kecepatan menanjak 700 sampai 1400 m/detik.

Jadi, kinerja rudal Patriot sangat ditentukan oleh keberhasilan early warning system atas kedatangan rudal musuh, baik melalui pencitraan radar atau satelit, disamping kemampuan Patriot untuk membentur rudal lawan secara akurat

Spesifikasi Rudal Patriot
  • Panjang rudal 5,2 meter
  • Diameter rudal 41 cm
  • Jangkauan 70 km
  • Berat 900 kg
  • hulu ledak 91 kg
  • 4 sirip berbentuk delta dengan diameter 85 cm
  • Pendorong Single-stage solid fuel rocket motor
  • Keepatan 5 mach
Varian Patriot, ASOJ / SOJC, PAC-2, PAC-2 GEM, GEM / C, GEM / T (atau GEM +) dan PAC-3

Spesifikasi (PAC-1 ) 
Bobot 700 kg
Panjang 5.800 mm
Diameter 410 mm


Kisah Sukses & Kegagalan Rudal Patriot

Berbagai kisah sukses diraih Rudal Patriot selama Perang Teluk (Persian Gulf War) tahun 1991 dan Perang Irak (Operation Iraqi Freedom) tahun 2003, di antaranya berhasil mengintersepsi dan menghancurkan 70% Rudal Scud atau Rudal Al Husein milik Irak langsung di udara, di atas udara Saudi Arabia, Kuwait dan Israel. Hal tersebut secara psikologi menaikkan moril pasukan sekaligus meruntuhkan moril pasukan Irak. 


Namun di balik kisah suksesnya, Rudal Patriot juga mengalami beberapa kisah kegagalan. Contohnya, pada tanggal 25 Februari 1991 satu Rudal Scud Irak berhasil lolos dari cegatan Rudal Patriot dan langsung menghantam barak militer sekutu di Dahran Saudi Arabia, akibatnya sebanyak 28 tentara Amerika dari US Army 14th Quartermaster Detachment tewas seketika. 

Kegagalan berikutnya terjadi pada Perang Irak tahun 2003 (Operation Iraqi Freedom), ketika satu pesawat Tornado Angkatan Udara Inggris dan satu pesawat F/A-18 Hornet Angkatan Laut Amerika yang notabene merupakan kawan sendiri, “berhasil” diintersepsi dan dihancurkan oleh Rudal Patriot. Hal tersebut terjadi karena kesalahan sistem identifikasi IFF Radar Patriot. 

Sedangkan kisah unik lainnya, ketika satu pesawat F-16 Angkatan Udara Amerika juga salah mengidentifikasi satu stasiun Rudal Patriot karena dianggap sebagai baterai Rudal SA-2 milik Irak, selanjutnya dapat diterka pesawat F-16 meluncurkanRudal AGM-88 HARM yang kontan meluluh lantakkan stasiun Rudal Patriot tersebut. 

Namun di balik beberapa kisah kegagalan tersebut, Presiden George W. Bush mengklaim bahwa Rudal Patriot memiliki tingkat kesuksesan hingga 90% selama masa perang. 

Sedangkan Israel sebagai sekutu AS yang kecewa tidak diperbolehkan membeli Rudal Patriot malah membuat sendiri Rudal mirip Patriot dengan nama Rudal Arrow.

Spesifikasi Pesawat Pembom (Stealth Bomber), B-2 Spirit



Northrop Grumman B-2 Spirit adalah pesawat perang berteknologi stealth yang digunakan untuk pengemboman (Stealth Bomber)Pesawat yang dibuat dari bahanthermoplastic itu, dipakai oleh Angkatan Perang Udara AS"Northrop Grummanadalah kontraktor utama untuk pembom Angkatan Udara AS siluman B-2 Spirit."

Pesawat ini pertama kali diperkenalkan kepada publik, 1988 dan terbang perdana, 17 Juli 1989, dengan status masih aktif. Pesawat ini tidak mampu terbang cepat dan mudah dimusnahkan jika terlihat. Oleh karena itu, Northrop Grumman telah mengembangkan lapisan penyerap radar baru untuk melestarikan karakteristik dari stealth B-2's secara drastis, guna mengurangi waktu perawatan. Bahan baru, yang dikenal sebagai bahan alternatif frekuensi tinggi (AHFM), disemprotkan oleh empat robot yang dikendalikan secara independen.

Misi dari pesawat ini adalah menghancurkan basis atau pangkalan militer musuh, tanpa terlihat radar. Kelebihan B-2 adalah mampu menembus perisai pertahanan udara (radar) yang canggih. Pesawat ini mampu menyerang semua target dari ketinggian hingga 50.000 kaki, (16,656 kilometer) dari ketinggian laut, dengan jangkauan lebih dari 6.000 nm, tanpa mengisi bahan bakar (unrefueled) dan lebih dari 10.000 nm dengan satu kali pengisian bahan bakar, memberikan kemampuan untuk terbang ke titik manapun di dunia dalam beberapa jam.

Dua puluh satu buah B-2 Spirit dikirim pertama kali ke Pangkalan Angkatan Udara Whiteman di Missouri, pada bulan Desember 1993. Dalam tiga tahun pertama pelayanan, operasional B-2 Spirit, mencapai tingkat keandalan 90%, saat melakukan serangan mendadak.  Sebuah penilaian yang diterbitkan oleh USAF menunjukkan, bahwa dua B-2 Spirit dengan persenjataan presisi dapat melakukan pekerjaan dari 75 pesawat konvensional.


Untuk tugas misi di luar negeri, telah pula dikembangkan sebuah sistem hangar yang bisa diangkut ke berbagai tujuan, di berbagai negara. Sebuah sistem hangar, memiliki panjang 126 kaki, lebar 55 kaki dan tinggi 250 kaki. Hanggar pertama hangar telah didirikan di Diego Garcia di Samudera Hindia.

Sebelum dikembangkan sistem hangar ini, setiap akli habis menunaikan sebuah misi, B-2 Spirit harus kembali ke Whiteman AFB, untuk pemeliharaan fitur “stealth” dari pesawat tersebut.  B-2 Spirit digunakan untuk pertama kalinya selama Operasi Kebebasan Irak pada Maret / April 2003. Pada bulan Maret 2005, skuadron B-2 ditempatkan untuk pertama kalinya ke Pangkalan Angkatan Udara Andersen diGuam, bersama pesawat tempur B-1 and B-52, untuk mendukung dan memperkuat pertahanan Komando USAF Asia Pasifik. Sebagian lain difokuskan untuk berperang di Timur Tengah.

Siluman-siluman itu kerap terlihat di area Kosovo, Iraq, dan Afghanistan. Pembuatan pesawat futuristik berbentuk segitiga itu menghabiskan USD 737 juta – 2,2 miliar per unit. Biaya tersebut menjadikan pesawat bomber siluman menjadi pesawat militer termahal di dunia.

Pengguna

 Amerika Serikat
*       United States Air Force
o    509th Bomb WingWhiteman Air Force Base (Current, 19 aircraft)
§  13th Bomb Squadron
§  393d Bomb Squadron
§  394th Combat Training Squadron
o    412th Test WingEdwards Air Force Base (Current, one aircraft)
§  419th Flight Test SquadronEdwards Air Force Base
o    53d WingEglin Air Force Base (past)
§  72d Test and Evaluation SquadronWhiteman Air Force Base
o    57th WingNellis Air Force Base (past)
§  325th Weapons SquadronWhiteman Air Force Base
§  715th Weapons Squadron (inactivated)
Spesifikasi
Karakteristik umum
*       Kru: 2
*       Panjang: 69 ft
*       Lebar sayap: 172 ft
*       Tinggi: 17 ft
*       Luas sayap: 5,000 ft²
*       Bobot kosong: 158,000 lb
*       Bobot terisi: 336,500 lb
*       Bobot maksimum lepas landas: 376,000 lb
*       Mesin: 4× General Electric F118-GE-100 turbofans, 17,300 lbf masing-masing 

Kinerja
*       Laju maksimum: 410 knots (760 km/h, 470 mph)
*       Jarak jangkau: 5,600 nm
*       Batas tertinggi servis: 50,000 ft
*       Beban sayap: 67.3 lb/ft²
*       Dorongan/berat: 0.205

Persenjataan
*       2 internal bays for 50,000 lb (22,700 kg) of ordnance.
o    80× 500 lb class bombs (Mk-82) mounted on Bomb Rack Assembly (BRA)
o    36× 750 lb CBU class bombs on BRA
o    16× 2000 lb class weapons (Mk-84, JDAM-84, JDAM-102) mounted on Rotary Launcher Assembly (RLA)
o    16× B61 or B83 nuclear weapons on RLA

Riwayat Kelabu

Seperti halnya pesawat lain, meskipun memiliki peralatan serba canggih, B-2 Spirit, Stealth Bomber ini pernah mengalami masa kelabu. Pesawat pengebom supercanggih B-2 ini, jatuh setelah gagal take off dari Pangkalan Udara Andersen diGuam, Kepulauan Pasifik, pada Sabtu (23 / 2 / 2008) sekitar pukul 10.45 waktu setempat. Ini insiden pertama pesawat antiradar berjuluk "Siluman" itu jatuh sejak diperkenalkan ke publik pada 1988.

Kapten Sheila Johnston, juru bicara Komando Tempur Udara Pusat Pangkalan Udara Langley di Virginia, AS, mengatakan, dalam insiden itu dua pilot dilaporkan berhasil keluar dari pesawat, yang saat itu tidak membawa amunisi, dan selamat.

Kedua awak yang dirahasiakan namanya itu dari satuan tempur 509. "Kami segera menyelidiki penyebab terjadinya kecelakaan," tegas Johnston.

Menurut Mayor Eric Hilliard dari pangkalan udara Hickham, Hawaii, pesawat B-2 berbobot 152,6 ton itu jatuh sesaat setelah lepas landas bersama tiga pesawat sejenis. Kecelakaan terjadi saat satu dari tiga pesawat yang mampu melaju 716 km per jam itu tiba-tiba meluncur ke bawah.
Ini jadwal terbang mereka yang terakhir setelah beroperasi empat bulan. Akibat kecelakaan ini, tiga pesawat tempur lain langsung diamankan di Guam. "Sebelum pesawat siluman B-2 jatuh, sebetulnya ada satu pesawat siluman lain yang berhasil lepas landas. Namun, pesawat itu kita panggil ke pangkalan beberapa saat setelah insiden," jelasnya. Namun operasional pesawat ini kembali dilanjutkan pada bulan April 2008.

Juru bicara Pentagon Geoff Morrell segera mengkonfirmasi kejadian itu ke Menteri Pertahanan waktu itu, Robert Gates. Tapi, Gates yang sedang melawat ke beberapa negara pasifik, termasuk Indonesia, menolak
memberikan penjelasan lebih lanjut.

Spesifikasi Sukhoi SU-27



Sukhoi Su-27 (kode NATO: Flanker) adalah pesawat tempur yang awalnya diproduksi oleh Uni Soviet, dan dirancang oleh Biro Disain Sukhoi. Pesawat ini direncanakan untuk menjadi saingan utama generasi baru pesawat tempur Amerika Serikat (yaitu F-14 Tomcat, F-15 Eagle, F-16 Fighting Falcon, dan F/A-18 Hornet).
Su-27 memiliki jarak jangkau yang jauh, persenjataan yang berat, dan kelincahan yang tinggi. Pesawat ini sering disebut sebagai hasil persaingan antara Sukhoi dengan Mikoyan-Gurevich, karena Su-27 dan MiG-29 berbentuk mirip. Ini adalah keliru, karena Su-27 dirancang sebagai pesawat interseptor dan pesawat tempur superioritas udara jarak jauh, sedangkan MiG-29 dirancang untuk mengisi peran pesawat tempur pendukung jarak dekat.
Sejarah Perkembangan Sukhoi SU-27

 
Pada tahun 1969, Uni Soviet mendapatkan informasi bahwa Angkatan Udara Amerika Serikat telah memilih McDonnell Douglas untuk memproduksi rancangan pesawat tempur eksperimental (yang akan berevolusi menjadi F-15). Untuk menghadapi ancaman masa depan ini, Uni Soviet memulai program PFI (Perspektivnyi Frontovoy Istrebitel, "pesawat tempur taktis mutakhir") yang direncanakan menghasilkan pesawat yang bisa menyaingi hasil rancangan Amerika Serikat.

Namun, spesifikasi yang dibutuhkan untuk memenuhi syarat-syarat program ini pada satu pesawat saja ternyata terlalu rumit dan mahal. Maka program ini dibagi menjadi dua, yaitu TPFI (Tyazholyi Perspektivnyi Frontovoi Istrebitel, "pesawat tempur taktis mutakhir berat") and the LPFI (Legkiy Perspektivnyi Frontovoi Istrebitel, "pesawat tempur taktis mutakhir ringan"). Langkah ini juga mirip apa yang dilakukan Amerika Serikat, dimana Amerika Serikat memulai program "Lightweight Fighter" yang nantinya akan menghasilkan F-16. Sukhoi OKB diberikan program TPFI.

Sejak akhir 1969, Biro Desain PO Sukhoikemudian mulai merancang pesawat tempur generasi ke-4 yang selanjutnya dikenal dengan nama Su-27 ini,. Pengembangan Su-27 dibawah pengawasan OS Samoilovich. Rusia (Uni Sovyet) pada masa itu, membutuhkan model pesawat tempur baru yang efektif untuk menghadapi jet tempur F-15 yang sedang dikembangkan AS dibawah program FX sejak tahun 1966.
Pada tahap awal, Biro Desain PO Sukhoi menghasilkan sejumlah konsep konfigurasi alternatif, termasuk yang berdasarkan solusi konvensional, model F-15. Itu adalah konsep baru dari konfigurasi badan pesawat dan pada pengembangan selanjutnya didasarkan pada konsep tersebut.

Fitur penting lainnya adalah penggunaan sistem kontrol jarak jauh (EDC) untuk mengatasi ketidakstabilan statis longitudinal yang kerap dialami pada model pesawat tempur jenis baru. Penerapan inovasi ini memberikan peningkatan yang dramatis pada manuver pesawat saat melakukan pertempuran satu lawan satu dengan pesawat lawan (dogfight).
Pada periode tahun 1971 hingga 1972, desain pesawat tempur baru yang dibutuhkan tersebut sedang dikembangkan secara tender oleh Biro Desain AI Mikoyan, P.O. Sukhoi, dan Yakovlev. Rancangan jet tempur Su-27 dengan kode produk T10 telah diselesaikan pada bulan September 1971 dan diserahkan untuk diuji oleh pihak Angkatan Udara Uni Sovyet pada bulan Februari 1972.

Berdasarkan masukan dari pihak militer, pesawat tempur Su-27 mengalami desain ulang pada tahun 1972-1973 untuk bisa memenuhi persyaratan. Rancangan Sukhoi pertama kali muncul, sebagai pesawat sayap delta T-10, yang pertama terbang pada tanggal 20 Mei 1977. T-10 terlihat oleh pengamat Barat, dan diberikan kode NATO,Flanker-A.

Dua prototipe pertama Su-27, dilengkapi dengan mesin AL-21FZAI. Perkembangan T-10 menemui banyak masalah, yang berakibat pada kehancuran ketika salah satu pesawat ini jatuh pada tanggal 7 Mei 1978. Kejadian ini kemudian ditindaklanjuti dengan banyak modifikasi perancangan.

Pada bulan Mei 1978, program pengujian diperluas untuk mencakup prototipe kedua, T10-2. Pada tahun 1979, prototipe T10-3 dan T10-4 dibuat dengan sudah dilengkapi mesin AL-31F. Mesin turbofan AL-31F dibuat khusus untuk Su-27 oleh AM Lyulka.

Mesin turbofan Lyulka AL-31F disediakan tempat yang sangat lebar, tempat yang lebar ini disediakan untuk alasan keamanan dan untuk menjamin aliran udara yang tidak terputus pada bukaan udara masuk. Ruangan yang tercipta diantara dua buah mesin juga menyediakan daya angkat tambahan sehingga mengurangi beban sayap. Saluran penuntun yang bisa digerakan pada bukaan udara masuk memungkinkan pesawat mencapai kecepatan Mach 2+ , dan membantu menjaga aliran udara mesin pada saat sudut alpha tinggi.Sebuah layar penyaring ditempatkan pada bukaan udara masuk untuk melindungi mesin dari kotoran saat lepas landas
Pada bulan Desember 1979, Su-27 secara resmi diterima oleh militer untuk pengujian. Tapi itu adalah versi yang berbeda dari pesawat yang dimasukkan dalam rencana produksi.

Prototipe pertama Su-27 ( T10-7) diterima untuk pengujian penerbangan pada musim semi tahun 1981. Uji penerbangan yang diadakan pada 20 April 1981 tersebut dilakukan oleh VS Ilyushin. Pesawat ini juga menemui kesulitan, dan jatuh pada tanggal 23 Desember 1981. Pada tahun 1982, pabrik Komsomolsk-on-Amur mulai produksi massal. Produksi pertama Su-27 diuji pada tanggal 1 Juni 1982 dengan pilot AN Isakov. Keseluruhan tes Su-27 telah selesai pada Desember 1983.

Versi produksi pesawat ini (Su-27 atau Su-27S, dengan kode NATO Flanker-B)mulai dipakai Angkatan Udara Soviet pada tahun 1984, tetapi baru dipakai menyeluruh tahun 1986, karena sempat terhambat oleh masalah produksi. Pesawat ini dipakai oleh Pertahanan Anti Udara Soviet (Voyska PVO) dan Angkatan Udara Soviet (VVS). Pemakaiannya di V-PVO adalah sebagai interseptor, menggantikan Sukhoi Su-15 and Tupolev Tu-28. Dan pemakaiannya di VVS lebih difokuskan kepada interdiksi udara, dengan tugas menyerang pesawat bahan bakar dan AWACS, yang dianggap sebagai aset penting angkatan udara NATO.
Pada bulan Juni 1989, Su-27 dan Su-27UB untuk pertama kalinya ditampilkan di luar negeri pameran kedirgantaraan Le Bourget.Pilot V.G. Pugachov danYe.I. Frolov menunjukkan kepada masyarakat internasional manuver unggul pesawat Sukhoi. Sejak hari itu, Su-27 menjadi pesawat tempur yang menjadi bukti tingkat pencapaian tertinggi dalam industri pesawat terbang Rusia.

Bukti lain kunggulan jet tempur Su-27 adalah keberhasilan komersialnya di pasar global. Sejak tahun 1991, fasilitas produksi di Komsomolsk-on-Amur dan Irkutsk telah memproduksi varian ekspor Su-27: Su-27SK dan Su-27UBK. Sejak tahun 1992 model ini telah diekspor ke China, Vietnam, Ethiopia dan Indonesia. Dan sejak tahun 1998, Su-27SKs telah diproduksi dibawah lisensi di China dengan nama F/J-11. Pesawat lisensi-produksi pertama melakukan uji coba penerbangan yang pertama pada 16 Desember 1998.

Desain

Desain aerodinamisasi dasar dari Su-27 mirip dengan MiG-29 hanya lebih besar. Pesawat ini sangat besar sehingga untuk meringankan beratnya material titanium banyak digunakan (sekitar 30%). Tidak ada material komposit yang digunakan. Sayap yang sayung kebelakang menyatu dengan badan pesawat pada perpanjangan leading edge dan pada dasarnya sayap berbentuk delta, hanya bagian ujung luar saja yang dipotong untuk tempat rel rudal diujung sayap. Su-27 bukanlah sebuah pesawat delta murni karena masih mempertahankan bentuk ekor konvensional, dengan menggunakan 2 sirip ekor vertikal di sisi luar kedua mesinnya, dan dibantu dengan 2 ekor tengah melipat kebawah untuk membantu stabilitas lateral.
Su-27 adalah pesawat operasional pertama Uni Soviet yang menggunakan sistem kontrol penerbangan fly by wire , dikembangkan berdasarkan pengalaman Sukhoi OKB pada proyek Pengebom Sukhoi T-4. Sistem ini dikombinasi dengan beban saya yang relatif rendah dan kontrol penerbangan dasar yang kuat , maka menghasilkan pesawat yang luar biasa lincah, tetap mudah dikontrol walaupun pada kecepatan sanagat rendah dan susut serang tinggi.
Pada pameran dirgantara , pesawat ini mampu mendemonstrasikan kemampuan manuvernya dengan aksi "patukan kobra" (kobra Pugachev) atau pengereman dinamis - mempertahankan level penerbangan pada sudut serang 120°. Pengarah semburan jet juga sudah di uji coba dan sudah diterapkan pada model-model akhir yaitu Su-30MKI dan Su-37, memungkinkan pesawat untuk berbalik tajam dengan radius putar hampir nol, menggunakan teknik somersault vertikal ke gerakan pelurusan kembali dan mengambang terbatas dengan hidung pesawat menghadap keatas.

Su-27 mempunyai sebuah display kepala tegak berkontras tinggi yang bisa disetel dan incaran yang dipasang di helm , dimana , bila dipasangkan dengan rudal R-73 dan kelincahan pesawat yang sangat tinggi membuat pesawat ini menjadi salah satu pesawat terbaik untuk pertempuran udara jarak dekat.
Sejarah Pertempuran 

Walaupun Su-27 dianggap memiliki kelincahan yang mengagumkan, pesawat ini belum banyak dipakai pada petempuran yang sebenarnya. Pemakaian pesawat ini yang patut disebut adalah pada Perang Ethiopia-Eritrea, dimana pesawat-pesawat Sukhoi Su-27A, Ethiopia dipakai untuk melindungi pesawat pengebom Mig-21 dan Mig-23. Pada perang itu, pesawat-pesawat Su-27 tersebut berhasil menghancurkan empat Mig-29 Eritrea.

Salah satu pilot yang berhasil menembak jatuh lawan adalah Aster Tolossa, yang menjadi wanita Afrika pertama yang memenangi sebuah pertempuran udara.

Pengguna
Sekitar 680 Su-27 diproduksi oleh Uni Soviet, dan 400 dipakai oleh Rusia. Negara mantan Soviet yang memiliki pesawat ini adalah Ukraina dengan 60 pesawat, Belarusia dengan sekitar 25 pesawat, Kazakstan dengan sekitar 30 dan sudah memesan 12 pesawat lagi, dan Uzbekistan dengan 25 buah.

Tiongkok menerima 26 pesawat pada tahun 1991, dan 22 lagi pada 1995. Kemudian pada tahun 1998 mereka menandatangani kontrak untuk lisensi produksi 200 pesawat ini dengan nama Shenyang J-11. Vietnam memiliki 12 Su-27SK dan telah memesan 24 lagi. Ethiopia memiliki 8 Su-27A dan 2 Su-27U. Indonesia mempunyai 2 Su-27SK and 2 Su-30MKI serta telah memesan 6 lagi. Dan Angola telah menerima sekitar 8 Su-27/27UB. Meksiko berencana untuk membeli 8 Su-27s dan 2 pesawat latihan Su-27UB.[1]
Amerika Serikat juga disinyalir memiliki satu Su-27 Flanker B dan satu Su-27 UB. Tiga pesawat ini masuk sebagai registrasi sipil, dan salah satunya tiba di Amerika Serikat menggunakan pesawat Antonov-62.

Indonesia (TNI-AU) mulai menggunakan keluarga Sukhoi-27 pada tahun 2003 setelah batalnya kontrak pembelian 12 unit Su-30MKI pada 1996. Kontrak tahun 2003 mencakup pembelian 2 unit Sukhoi-27SK dan 2 unit Sukhoi-30MK senilai 192 juta dolar AS tanpa paket senjata. Empat tahun kemudian pada acara MAKS 2007 di Moskow Departemen Pertahanan mengumumkan kontrak unruk pembelian 3 unit Sukhoi-27SKM dan 3 unit Sukhoi-30MK2 senilai 350 juta dolar AS.[2]

Daftar Negara Pengguna
Angola
Belarus
Republik Rakyat Cina
Eritrea
Ethiopia
Indonesia
Kazakhstan
Rusia
Ukraina
Uzbekistan
Vietnam
Amerika Serikat

Spesifikasi Sukhoi Su-27
Karakteristik umum
Kru: Satu
Panjang: 21,9 m (72 ft)
Lebar sayap: 14,7 m (48 ft 3 in)
Leading edge sweep: 42°)
Tinggi: 5,93 m (19 ft 6 in)
Area sayap: 62 m² (667 ft²)
Berat kosong: 16.380 kg (36.100 lb)
Berat terisi: 23.000 kg (50.690 lb)
Berat maksimum lepas landas: 33.000 kg (62.400 lb)
Mesin: 2× Lyulka AL-31F turbofan, 122,8 kN (27.600 lbf) masing-masing

Performa

Kecepatan maksimum: 2.500 km/jam (1.550 mph Mach 2.35)
Jarak jangkau: 1.340 km pada ketinggian air laut, 3.530 km pada ketinggian tinggi (800 mi pada ketinggian air laut, 2070 mi pada ketinggian tinggi)
Batas tertinggi servis: 18.500 m (60.700 ft)
Laju panjat: 325 m/s (64.000 ft/min)
Beban sayap: 371 kg/m² (76 lb/ft²')
Dorongan/berat: 1,085
Persenjataan
1 x meriam GSh-30-1 30 mm, 150 butir peluru
8.000 kg (17.600 lb) pada 10 titik eksternal
6 R-27, 4 R-73
Su-27SM dapat menggunakan R-77 menggantikan R-27
Su-27IB dapat menggunakan peluru kendali anti-radiasi X-31, peluru kendali udara ke darat X-29L/T, serta bom KAB-150 dan UAB-500
AA-11 Archer / R-73
AA-10A/B/C/D/E Alamo-A/B/C/D/E / R-27R/T/RE/TE/AE
AS-16 Kickback SRAM/ Kh-15/C
Air bombs

KAB-500Kr
KAB-1500Kr
KAB-1500L / 1500F / 1500L-PR
KAB-500R
KAB-500KRU
ODAB-500
OEPS-27 Optronic sighting system for SU-27SK
AS-11 Kilter / Kh-58E
ZHUK FAMILY AIRBORNE RADARS

Spesifikasi F-16 Fighting Falcon






Tipe
Pesawat tempur
Produsen
General Dynamics
Lockheed Martin
Terbang perdana
2 Februari 1974
Diperkenalkan
17 Agustus 1978
Status
Aktif
Pengguna
Amerika Serikat
24 negara lainnya
Jumlah produksi
Lebih dari 4.000
Harga satuan
US$18,8 juta (1998)
Varian
General Dynamics F-16XL
Mitsubishi F-2

F-16 Fighting Falcon adalah jet tempur multi-peran yang dikembangkan oleh General Dynamics, di Amerika Serikat. Pesawat ini awalnya dirancang sebagai pesawat tempur ringan, tetapi akhirnya berevolusi menjadi pesawat tempur multi-peran yang sangat populer. F-16 bisa dipakai untuk segala macam misi, inilah yang membuatnya sangat sukses di pasar ekspor, dan dipakai oleh 24 negara selain Amerika Serikat. 

Pesawat ini sangat populer di mata international dan telah digunakan oleh 25 angkatan udara. F-16 merupakan proyek pesawat tempur Barat yang paling besar dan signifikan, dengan sekitar 4000 F-16 sudah di produksi sejak 1976. Pesawat ini sudah tidak diproduksi untuk Angkatan Udara Amerika Serikat, tapi masih diproduksi untuk ekspor.

F-16 dikenal memiliki kemampuan tempur di udara yang sangat baik, dengan inovasi seperti tutup kokpit tanpa bingkai yang memperjelas penglihatan, gagang pengendali samping untuk memudahkan kontrol pada kecepatan tinggi, dan kursi kokpit yang dirancang untuk mengurangi efek g-forcepada pilot. Pesawat ini juga merupakan pesawat tempur pertama yang dibuat untuk menahan belokan pada percepatan 9g.

Pada tahun 1993, General Dynamics menjual bisnis produksi pesawat mereka kepada Lockheed Corporation, yang kemudian menjadi bagian dari Lockheed Martin setelah merger dengan Martin Marietta pada tahun 1995.

Sejarah

Sekitar tahun 1960-an, Angkatan Udara dan Angkatan Laut Amerika Serikat menyimpulkan bahwa masa depan pertempuran udara akan ditentukan oleh peluru kendali yang semakin modern. Dan bahwa pesawat tempur masa depan akan digunakan untuk pengejaran jarak jauh, berkecepatan tinggi, dan menggunakan sistem radar yang sangat kuat, untuk mendeteksi musuh dari kejauhan. 

Ini membuat desain pesawat tempur masa itu, lebih seperti interseptor daripada pesawat tempur klasik. Pada saat itu, Amerika Serikat menganggap pesawat F-111 (yang pada saat itu masih dalam tahap pengembangan) dan F-4 Phantom akan cukup untuk kebutuhan pesawat tempur jarak jauh dan menengah, dan didukung oleh pesawat jarak dekat bermesin tunggal seperti F-100 Super Sabre, F-104 Starfighter, dan F-8 Crusader.

Pada Perang Vietnam, Amerika Serikat menyadari bahwa masih banyak kelemahan pada pesawat-pesawat mereka. Peluru kendali udara ke udara pada masa itu masih memiliki banyak masalah, dan pemakaiannya juga dibatasi oleh aturan-aturan tertentu. Selain itu, pertempuran di udara lebih banyak berbentuk pertempuran jarak dekat dimana kelincahan di udara dan senjata jarak dekat sangat diperlukan.

Kolonel John Boyd mengembangkan teori tentang perawatan energi pada pertempuran pesawat tempur, yang bergantung pada sayap yang besar untuk bisa melakukan manuver udara yang baik. Sayap yang lebih besar akan menghasilkan gesekan yang lebih besar saat terbang, dan biasanya menghasilkan jarak jangkau yang lebih sedikit dan kecepatan maksimum yang lebih kecil. Boyd menganggap pengorbanan jarak dan kecepatan perlu untuk menghasilkan pesawat yang bisa bermanuver dengan baik. 

Pada saat yang sama, pengembangan F-111 menemui banyak masalah, yang mengakibatkan pengembangan pesawat F-111 dibatalkan, dan munculnya desain baru, yaitu F-14 Tomcat. Dorongan Boyd tentang pentingnya pesawat yang lincah, gagalnya program F-111, dan munculnya informasi tentang MiG-25 yang saat itu, kemampuan telah dibesar-besarkan, membuat Angkatan Udara Amerika Serikat, memulai merancang pesawat mereka sendiri, yang akhirnya menghasilkan F-15 Eagle.

Pada saat pengembangannya, F-15 berevolusi menjadi pesawat yang besar dan berat, seperti F-111. Ini membuat Boyd frustrasi dan ia pun meyakinkan beberapa petinggi Angkatan Udara lain bahwa F-15 membutuhkan dukungan dari pesawat tempur yang lebih ringan. Grup petinggi Angkatan Udara ini menyebut diri mereka "fighter mafia", dan mereka bersikeras bahwa program Pesawat Tempur Ringan (Light Weight Fighter, LWF), sangat dbutuhkan.

YF-16 atas; YF-17 bawah
Pada Mei 1971, Kongres Amerika Serikat mengeluarkan laporan yang mengkritik tajam program F-14 dan F-15. Kongres mengiyakan pendanaan untuk program LWF sebesar US$50 juta, dengan tambahan $12 juta pada tahun berikutnya. Beberapa perusahaan memberikan proposal, tetapi hanya General Dynamics dan Northrop, yang sebelumnya sudah memulai perancangan, dipilih untuk memproduksi prototip. 

Pesawat mereka mulai diuji pada tahun 1974. Program LWF awalnya merupakan program evaluasi tanpa direncanakan pembelian versi produksinya, tetapi akhirnya program ini dirubah namanya menjadi Air Combat Fighter, dan Angkatan Udara AS mengumumkan rencana untuk membeli 650 produk ACF. Pada tanggal 13 Januari 1975 diumumkan bahwa YF-16 General Dynamics mengalahkan saingannya, YF-17.

Varian

Varian F-16 ditandai oleh nomer blok yang menandakan pembaruan yang signifikan. Blok ini mencakup versi kursi tunggal dan kursi ganda.



F-16 A/B

F-16 A/B awalnya dilengkapi Westinghouse AN/APG-66 Pulse-doppler radar, Pratt & Whitney F100-PW-200 turbofan, dengan 14.670 lbf (64.9 kN), 23.830 lbf (106,0 kN) dengan afterburner. Angkatan Udara AS membeli 674 F-16A dan 121 F-16B, pengiriman selesai pada Maret 1985.

Blok 1
Blok awal (Blok 1/5/10) memiliki relatif sedikit perbedaan. Sebagian besar diperbarui menjadi Blok 10 pada awal 1980-an. Ada 94 Blok 1, 197 Blok 5, dan 312 Blok 10 yang diproduksi. Blok 1 model awal produksi dengan hidung dicat hitam.

Blok 5
Diketahui kemudian bahwa hidung hitam menjadi identifikasi visual jarak jauh untuk pesawat Blok 1, sehingga warnanya diubah menjadi abu-abu untuk Blok 5 ini. Pada F-16 Blok 1, ditemukan bahwa air hujan dapat berkumpul pada beberapa titik di badan pesawat, sehingga untuk Blok 5 dibuat lubang saluran air.

Blok 10
Pada akhir 1970-an, Uni Soviet secara signifikan mengurangi ekspor titanium, sehingga produsen F-16 mulai menggunakan alumunium. Metode baru pun dilakukan: aluminum disekrup ke permukaan pesawat Blok 10, menggantikan cara pengeleman pada pesawat sebelumnya.

Blok 15
Perubahan besar pertama F-16, pesawat Blok 15 ditambahkan stabiliser horizontal yang lebih besar, ditambah dua hardpoint di bagian dagu, radar AN/APG-66 yang lebih baru, dan menambah kapasitas hardpoint bawah sayap. F-16 diberikan radio UHF Have Quick II. Blok 15 adalah varian F-16 yang paling banyak diproduksi, yaitu 983 buah. Produksi terakhir dikirim pada tahun 1996 ke Thailand. Indonesia memiliki varian ini sebanyak 12 unit.

Blok 15 OCU
Mulai tahun 1987 pesawat Blok dikirim ke dengan memenuhi standarOperational Capability Upgrade (OCU), yang mencakup mesin F100-PW-220 turbofans dengan kontrol digital, kemamampuan menembakkan AGM-65, AMRAAM, dan AGM-119 Penguin, serta pembaruan pada kokpit, komputer, dan jalur data. Berat maksimum lepas landasnya bertambah menjadi 17.000 kg. 214 pesawat menerima pembaruan ini, ditambah dengan beberapa pesawat Blok 10.

Blok 20
150 Blok 15 OCU untuk Taiwan dengan tambahan kemampuan yang serupa dengan F-16 C/D Blok 50/52: menembakkan AGM-45 Shrike, AGM-84 Harpoon, AGM-88 HARM, dan bisa membawa LANTIRN. Komputer pada Blok 20 diperbarui secara signifikan, dengan kecepatan proses 740 kali lipat, dan memori 180 kali lipat dari Blok 15 OCU.

Spesifikasi (F-16C Blok 30)


Karakteristik umum
  • Kru: 1
  • Panjang: 49 ft 5 in (14.8 m)
  • Lebar sayap: 32 ft 8 in (9.8 m)
  • Tinggi: 16 ft (4.8 m)
  • Area sayap: 300 ft² (27.87 m²)
  • Airfoil: NACA 64A204 root and tip
  • Berat kosong: 18,238 lb (8,272 kg)
  • Berat terisi: 26,463 lb (12,003 kg)
  • Berat maksimum lepas landas: 42,300 lb (16,875 kg)
  • Mesin: 1× Pratt & Whitney F100-PW-220 afterburning turbofan
    • Dorongan kering: 14,590 lbf (64.9 kN)
    • Dorongan dengan afterburner: 23,770 lbf (105.7 kN)
  • Alternate powerplant: 1× General Electric F110-GE-100 afterburning turbofan
    • Dry thrust: 17,155 lbf (76.3 kN)
    • Thrust with afterburner: 28,985 lbf (128.9 kN)
Performa
  • Kecepatan maksimum: >Mach 2 (1,320 mph, 2,124 km/h) at altitude
  • Radius tempur: 340 mi (295 nm, 550 km) on a hi-lo-hi mission with six 1,000 lb (450 kg) bombs
  • Jarak jangkau ferri: >3,200 mi (2,800 nm, 4,800 km)
  • Batas tertinggi servis: >55,000 ft (15,000 m)
  • Laju panjat: 50,000 ft/min (260 m/s)
  • Beban sayap: 88.2 lb/ft² (431 kg/m²)
  • Dorongan/berat: F100 0.898; F110 1.095
Persenjataan
  • Senjata api: 1× 20 mm (0.787 in) M61 Vulcan gatling gun, 511 rounds
  • Roket: 2¾ in (70 mm) CRV7
  • Rudal:
    • Air-to-air missiles:
      • 6× AIM-9 Sidewinder or
      • 6× AIM-120 AMRAAM or
      • 6× Python-4
    • Air-to-ground missiles:
      • 6× AGM-65 Maverick or
      • 4× AGM-88 HARM
    • Anti-ship missiles: 4× AGM-119 Penguin
  • Bom:
    • 2× CBU-87 cluster
    • 2× CBU-89 gator mine
    • 2× CBU-97
    • 4× GBU-10 Paveway
    • 6× GBU-12 Paveway II
    • 6× Paveway-series laser-guided bombs
    • 4× JDAM
    • 4× Mk 80 series
    • B61 nuclear bomb
Lainya:
    • SUU-42A/A Flares/Infrared decoys dispenser pod and chaff pod or
    • AN/ALQ-131 & AN/ALQ-184 ECM pods or
    • LANTIRN, Lockheed Martin Sniper XR & LITENING targeting pods or
    • up to 3× 300/330/370 US gallon Sargent Fletcher drop tanks for ferry flight/extended range/loitering time.
Avionik
  • AN/APG-68 radar