Sabtu, 25 September 2010

Unsur Tempur Iswahjudi Latihan Aerobatik

U



MADIUN - Berkenaan dengan akan dilaksanakannya upacara peringatan ke-65 HUT TNI yang direncanakan akan dipusatkan di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, pada tanggal 5 Oktober 2010 yang akan datang, pesawat-pesawat tempur Lanud Iswahjudi semakin intensif melaksanakan latihan terbang formasi (fly pass) yang rencananya akan turut menyemarakkan peringatan HUT TNI tersebut.

Adapun pesawat-pesawat tempur yang melaksanakan terbang formasi (fly pass) yaitu pesawat tempur F-16/Fighting Falcon yang dipimpin langsung oleh Komandan Skadron Udara 3, Letkol Pnb Ian Fuady serta pesawat tempur F-5/Tiger, yang juga dipimpin langsung oleh Komandan Skadron Udara 14, Mayor Pnb Budi Achmadi.

Komandan Lanud Iswahjudi, Marsma TNI Ismono Wijayanto, dalam arahannya pada briefing pagi di ruang rapat Teddy Kustari, Rabu (22/9), menekankan agar setiap penerbang utamanya yang mengikuti latihan fly pass menyamakan waktu dalam hitungan second. Upaya menyamakan waktu tersebut sangat diutamakan karena dalam melaksanakan terbang formasi (fly pass), ketepatan waktu dalam bermanuver sudah menjadi keharusan, sehingga mampu menampilkan formasi yang indah dan enak ditonton. Untuk itu mulai sekarang, bagi para penerbang Lanud Iswahjudi, harus berlatih bagaimana menyamakan dalam hal perhitungan waktu.

Akan tetapi, masih menurut Marsma TNI Ismono, untuk mencapai kesuksesan latihan tersebut, masing-masing Penerbang dan Ground Crew dituntut untuk tetap memperhatikan unsur-unsur keselamatan terbang dan kerja (safety), sehingga pelaksanaan fly pass yang nampak indah serta enak ditonton tersebut dapat berjalan lancar, aman, dan selamat.

Sedangkan pesawat tempur Hawk 100/200 yang berasal dari Skadron Udara 11, Lanud Pontianak dan Skadron Udara 1 Lanud Pekan Baru, direncanakan akan bergabung di Lanud Iswahjudi pada tanggal 24 September 2010 mendatang, selanjutnya akan bersama-sama mengadakan latihan terbang formasi dan aerobatik di Lanud Iswahjudi.

Selasa, 07 September 2010

LCU Thailand




LCU 55m Angkatan Laut Thailand (all photos : militer)

Dua kapal pendarat pesanan Angkatan Laut Thailand berjenis Landing Craft Utility sedang dalam taraf penyelesaian untuk dapat segera diserahterimakan.


Kedua kapal ini adalah LCU tipe 55m yang dibangun di galangan kapal dalam negeri yaitu Marsun Shipyard yang berlokasi di provinsi Samutprakarn.

Pembangunan 2 kapal ini menempati dok 226 dan 227 di Marsun Shipyard.


Pekerjaan pembuatan 2 unit LCU tersebut dimulai telah pada 3 Maret 2009 yang ditandai dengan upacara pemotongan baja pertama.

Peluncuran kedua kapal pendarat ini akan dipakai metode menggunakan airbag

kapal selam yang terabaikan



Kapal selam mini 22 m (photo : Defense Studies)
Ditengah maraknya pemberitaan tentang minimnya alat utama sistem senjata (alutsista), Indonesia ternyata memiliki rancangan kapal selam mini karya anak bangsa.

Sayang nasibnya kini kian tak pasti karena minimnya perhatian pemerintah. Sebagian orang mungkin sudah pernah mendengar tentang rancangan kapal selam mini karya Kolonel (Pur) Ir Dradjat Budiyanto MBA. Sebuah rancangan kapal selam mini atau sering disebut kate karena bentuknya yang lebih kecil dibandingkan kapal selam lazimnya. Namun, sejak ide ini muncul tahun 1996, jangankan diproduksi, diwujudkan menjadi bentuk prototipe saja belum. Padahal, Dradjat sudah menyelesaikan konsep rancangannya sejak 1996 dan mulai mempromosikan ke pemerintah. Namun, hingga saat ini gayung tak jua bersambut.


Sehingga, kini pensiunan AL itu pun mulai patah arang akan keseriusan pemerintah dalam mengembangkan hasil karyanya menjadi produk kapal selam siap pakai. ”Jika ada pihak lain yang mau mengajak kerja sama untuk mengembangkan rancangan ini, maka saya akan setujui,”ujar Dradjat frustrasi. Bisa jadi kesabaran pria kelahiran Madiun 28 Januari 1943 ini pupus sudah. Penantian sekian lama terkait kepastian kemauan pemerintah untuk mengembangkan rancangan kapal selam hasil karyanya itu sudah pudar. Apalagi kini usianya sudah tak muda lagi dan keterbatasan fisiknya yang harus menggunakan kursi roda akibat infeksi tulang belakang.

Namun, bukan Dradjat namanya jika tidak memiliki semangat yang membara bak anak muda. Kepada harian Seputar Indonesia (SINDO), Dradjat demikian antusias berkisah tentang rancangan kapal selam mini miliknya yang diberi nama IM X-1 (Indonesian Midget Experimental-One) yang ide awalnya berasal dari dr Laksamana Arief Kus Hariadi yang merupakan atasan Dradjat sewaktu masih bertugas di kesatuan AL dulu. Apa saja keunggulan rancangan kapal selam mini IM X-1 ini? Keunggulan pertama jelas lebih murah.


Kapal selam mini rancangan Dradjat Budiyanto (photo : joux)
Rancangan sendiri memungkinkan Dradjat untuk mencari onderdil dan peralatan di dalam negeri. Jika di dalam negeri tidak tersedia, bisa mencari suku cadang (spare part) dari negara lain yang tidak merugikan Indonesia, seperti dari Prancis yang open source. Sementara ada beberapa negara penjual suku cadang justru cenderung memiliki kebijakan yang merugikan negara pembeli. Pengadaan kapal selam seperti itu justru cenderung merugikan negara pembeli. Sebab, jika ada kerusakan atau kebutuhan pembelian suku cadang, terkadang negara pembeli kesulitan untuk mendapatkannya.

Dalam kalkulasi Dradjat, pada 1996, ketika harga besi masih murah, diperkirakan pengembangan kapal selam mini per unit akan menghabiskan anggaran sekitar USD7 juta dengan asumsi harga besi saat itu USD400 per ton. Namun, kini ketika harga baja atau besi sudah naik tiga kali lipat,maka biaya pengembangan kapal selam ini diperkirakan membutuhkan USD21 juta per unit. Angka ini masih jauh di bawah harga pembelian kapal selam jadi dari luar negeri yang di atas USD40–50 juta per unit.Bahkan untuk harga kapal selam standar,sekitar USD300 juta per unit,yang sudah dalam kondisi lengkap dengan semua peralatan militer modern.

Sementara itu, sejak pertengahan tahun 2009 TNI AL mengusulkan pembelian kapal selam seharga sekitar Rp7 triliun dari Korea Selatan. Dibanding kapal selam rancangan Dradjat, angka tersebut tentu jauh di atasnya. Apalagi mengembangkan kapal selam sendiri tentu bermanfaat untuk penyerapan tenaga kerja lokal, penambahan pengetahuan, dan transfer teknologi bagi anak bangsa. Terlebih lagi, ada kebanggaan nasionalisme karena memiliki produk karya anak negeri.Spesifikasi kapal selam mini rancangan Dradjat memiliki panjang 22 meter untuk hidung pendek,dan 24 meter untuk hidung panjang.


Kemudian berat 215 ton dengan kecepatan bawah air 18 knot atau 18 mil per jam. Kapasitas kapal selam mini ini mampu membawa 11 orang. Kelebihan lain dari kapal selam IM X-1 ini adalah rancangan lampu sonar yang lebih fleksibel dibanding kapal selam standar. Jika kapal selam umumnya memiliki lampu sonar vertikal bak lampu mobil sehingga tidak bisa menerangi secara leluasa hanya satu arah, rancangan Dradjat dibuat sedemikian rupa hingga bisa vertikal longitudinal. ”Inovasi lampu sonar ini mungkin yang pertama kali di dunia,”klaim Dradjat. Selain itu, masih banyak kelebihan lain rancangan kapal selam IM X-1 milik Dradjat ini. Seperti karena kapal selam ini kecil maka tingkat kebisingannya lebih rendah jika dibandingkan kapal selam standar.


Namun, memiliki fungsi dan manfaat setara bahkan lebih optimal dibandingkan kapal selam standar, seperti sulit terdeteksi oleh musuh. Rancangan tersebut bukan tanpa pengakuan. Sebutlah Laboratorium Hidrodinamika Indonesia (LHI) BPPH/BPPT, National Ship Design Centre (NASDEC) Departemen Perindustrian, dan komponen teknikal angkatan laut– mulai Fakultas Kelautan Hang Tuah hingga Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut (STTAL)– yang sudah mengakui visibilitas rancangan kapal selam Dradjat. Bahkan Howaldtswerke Deutsche Werft AG (HDW), pembuat kapal selam asal Jerman, juga mengakui ketepatan rancang bangun milik Dradjat.

”Mereka semua menyetujui tanpa ada intervensi apa pun,” ujar ayah tiga anak tersebut. Pada 1996 di masa pemerintahan orde baru anggaran untuk pembelian alutsista memang minim. Untuk itulah Dradjat dikirimkan KSAL saat itu Laksamana Arief Kushariadi untuk belajar tentang pembuatan kapal selam yang terjangkau di Pakistan. Ada kisah lucu dalam penugasannya karena sebenarnya Dradjat tidak membawa surat penugasan resmi dari KSAL. Surat tugas hanya menyebutkan enam kawannya saja. Untuk itulah Dradjat sempat menemui kesulitan ketika sampai di Pakistan.

Namun, pemimpin pasukan AL Pakistan jeli yang kemudian mengorek keterangan dari Dradjat terkait siapa seniornya dalam belajar tentang kapal selam.

Tak dinyana senior Dradjat merupakan orang yang cukup dikenal oleh kepala pasukan AL Pakistan tersebut bahkan dianggap berjasa. Akhirnya Dradjat yang tidak berbekal surat tugas itu justru diberikan keleluasaan untuk belajar seluk beluk kapal selam di Pakistan selama lebih dari dua minggu. Dia belajar bersama enam prajurit lainnya ke Pakistan karena negara itu sedang membangun dua kapal selam mini di Pakistan Naval Dockyard. Sepulang dari Pakistan,Dradjat menyelesaikan rancangan kapal selamnya yang kemudian diajukan ke pemerintah. Namun, lagi-lagi mendapatkan penolakan dari pemerintah. Pada 2004 Dradjat dipanggil kembali ke Jakarta untuk menjelaskan rancangan kapal selamnya kepada TNI AL untuk diusulkan ke pemerintah. Namun, hingga saat ini tak ada kabar perkembangan terkait tindak lanjut rancangan kapal selam yang sudah diajukan hak patennya tersebut. Sehingga wajar jika kini Dradjat mulai patah arang. Selain itu sudah ada pihak dari Korea Selatan yang menyatakan tertarik ingin bekerja sama untuk mengembangkan kapal selam IM X-1.

”Iya,sepertinya kini saya mulai berpikir untuk menjual rancangan saya ke orang lain. Jika di dalam negeri ternyata hanya mubazir tidak dimanfaatkan,”paparnya. (abdul malik/islahuddin)

Rusia untuk menyelesaikan pengiriman jet tempur Sukhoi ke Indonesia pada pertengahan September




Moskow - Rusia akan mengirimkan enam kontrak terakhir jet tempur Su ke Indonesia pada tanggal 7 September dan 16, sumber informasi mengatakan pada hari Senin.
Berdasarkan kontrak senilai 300 juta, ditandatangani pada tahun 2007, Rusia adalah untuk melengkapi pengiriman tiga Su-30MK2 dan tiga pesawat tempur Su-27SKM ke Jakarta pada akhir tahun 2010 di samping dua Su-27SK dan dua pejuang Su-30MK dibeli di tahun 2003 .
Jet Su-30MK2 ketiga disampaikan pada bulan Januari.
An-124 pesawat angkut Rusia akan mengirimkan dua pesawat Su-27SKM ke pangkalan udara di kota Makassar di Indonesia's Sulawesi Selatan pada hari Selasa, kata sumber itu. Pesawat Su-27SKM lainnya akan dikirimkan ke basis yang sama lima hari kemudian.
Pesawat akan dikirim ke Indonesia lebih awal dari jadwal berikut permintaan oleh pihak militer Indonesia, yang ingin pesawat untuk mengambil bagian dalam sebuah parade militer yang didedikasikan untuk Angkatan Bersenjata Hari pada tanggal 5 Oktober, ia menambahkan.
Indonesia sebelumnya mengatakan diperlukan setidaknya satu skuadron dilengkapi dengan 16 pesawat tempur Sukhoi untuk menggantikan bagian dari armada pesawat tempur F kedaluwarsa US-16.

sukhoi gagal di kirim hari ini





MAKASSAR - Dua pesawat jet tempur jenis Sukhoi dari Rusia batal tiba di Pangkalan Udara Sultan Hasanuddin, Makassar, pagi ini. Pesawat Antonov AN-124-100 milik Rusia yang bakal mengangkut kedua Sukhoi jenis terbaru tersebut dikabarkan mengalami kerusakan.


Rencananya, pesawat Antonov yang mengangkut dua pesawat canggih buatan negeri eks Uni Soviet ini tiba di Makassar sekitar pukul 09.00 Wita. Namun persiapan penyambutan dibatalkan setelah Lanud Sultan Hasanuddin mendapat kabar penerbangan pesawat Antonov batal.


"Informasi yang kami terima, pesawat Antonov batal terbang dari Moscow karena mengalami trouble," kata Kepala Penerangan Lanud Sultan Hasanuddin, Mayor Muliadi.


Dia mengatakan, persiapan penyambutan pesawat Sukhoi telah dilakukan sejak dini. Hanya saja, pembatalan dilakukan tiba-tiba akibat kendala tersebut. "Kedatangan pesawat akan dijawadlkan kembali Kamis (8/9) esok," katanya. "Satu pesawat akan menyusul tanggal 15 September nanti."


Jenis Sukhoi yang akan tiba di Makassar itu adalah SU 27 SKM. Tahun ini, pemerintah melalui Kementerian Pertahanan membeli tiga unit Sukhoi yang akan melengkapi tujuh koleksi yang sudah merapat di Skadron 11 Lanud Sultan Hasanuddin.


Sejak 2003, Indonesia membeli dua Sukhoi jenis SU 30 MK dan dua SU 27 SK. Pada 2007 kembali membeli lagi tiga Sukhoi SU 30 MK2, dan tiga jenis SU 27 SKM. Terakhir, tiga Sukhoi jenis SU 30 MK2 tiba Desember 2008 dan Januari 2009.


Sumber : TEMPOINTERAKTIF.COM